Suara.com - Berawal dari ketertarikannya yang besar terhadap dunia wirausaha, Nungki sudah mulai merintis usahanya sendiri sejak usia belia. Tepatnya saat ia masih duduk di bangku kelas 4 SD. Di saat teman-teman seusianya bercita-cita menjadi dokter atau pilot, Nungki justru memiliki impian yang berbeda—menjadi seorang pengusaha.
“Saya ingin jadi bos yang punya usaha sendiri dan bisa membantu banyak orang,” kenangnya penuh semangat.
Demi mewujudkan impiannya, Nungki menjajal berbagai usaha. Tak hanya berjualan makanan, ia juga mengikuti tren dengan menjual barang-barang populer di masanya. Semangat wirausaha itu terus ia bawa hingga memasuki bangku kuliah. Sayangnya, karena keterbatasan modal, Nungki harus menghentikan sementara usahanya. Ia pun memutuskan untuk kuliah sambil bekerja.
"Di semester dua, saya sempat kerja di dua tempat, salah satunya di event organizer. Ya, mau nggak mau harus mengurangi bisnis dulu karena berbagai alasan," tutur sosok bernama lengkap Khaleili Nungki Hashifah ini, ketika Redaksi Suara.com berkesempatan berbincang dengannya di sela-sela kesibukannya pada Selasa (14/1/2024) lalu.
Meski sempat vakum, Nungki tidak bisa benar-benar meninggalkan dunia usaha. Kecintaannya terhadap wirausaha membawa dirinya ke dunia reseller. "Karena saya belum tahu banyak soal produksi, saya mulai jadi reseller batik. Saya ambil stok dari produsen batik di Solo dan kota lainnya," jelasnya.
Namun, di lubuk hatinya, ada kegelisahan yang terus mengganjal. Menjual produk orang lain membuatnya merasa kurang puas, terutama karena ia tidak bisa menjamin kualitas produk secara langsung.
"Karena bukan bikinan sendiri, saya jadi kurang paham saat menjelaskan ke customer," akunya.
Tahun 2008 menjadi awal perjalanannya di dunia bisnis online. Ia mulai menjual batik melalui Facebook dengan mengambil stok dari Pasar Klewer, Pekalongan, dan Pusat Grosir Solo (PGS). Tapi puncak perubahan besar terjadi pada tahun 2010.
Di tahun itulah, Nungki mengambil keputusan besar untuk memproduksi batiknya sendiri. Ia ingin memastikan bahwa setiap tahapan produksi berjalan dengan cermat, mulai dari pemilihan kain hingga penggunaan pewarna alami yang ramah lingkungan. Namun, jalan menuju kesuksesan tidaklah mudah. Di awal perjalanannya, dalam sebulan, ia bahkan hanya mampu menjual satu lembar kain.
Baca Juga: Rayakan Natal, Bank Mandiri Bagikan Lebih dari 2.000 Paket keSeluruh Indonesia
"Awalnya sulit banget. Kadang dalam sebulan cuma laku satu kain," ungkapnya dengan nada reflektif.
Namun, ia tetap bertahan. Dari riset yang ia lakukan, Nungki menyadari bahwa belum banyak toko yang menawarkan batik kontemporer di Yogyakarta dan sekitarnya. Hal inilah yang menjadi pendorongnya untuk terus berinovasi dan mengembangkan bisnisnya.
Sosok yang Lahir pada 27 Juli 1989 itu terus berinovasi agar produknya semakin diminati pasar. Bermodalkan uang Rp500 ribu, ia memulai usahanya dari nol dengan membuka workshop sederhana di rumahnya yang berlokasi di Selokraman, Kotagede, Kota Yogyakarta.
Ia memulai dengan eksperimen menggunakan perlengkapan batik sederhana yang ia beli, mencoba untuk bereksperimen menciptakan desain yang unik. Memadukan motif Jawa kuno dengan sentuhan abstrak modern yang lebih segar.
Tak hanya itu, ia juga mengadopsi teknik celup dan colet dalam proses pewarnaan batik. Teknik celup dikenal dengan daya serap yang kuat, sehingga menghasilkan warna yang lebih pekat dan tahan lama. Sementara itu, teknik colet diterapkan untuk menciptakan gradasi warna yang indah, terutama dalam motif abstrak dan kontemporer yang menjadi ciri khas batiknya.
Eksperimen ini ternyata membuahkan hasil. Karya batik Nungki mendapatkan apresiasi positif dari pasar dan berhasil menarik perhatian konsumen.
Tag
Berita Terkait
-
Komitmen Dukung UKM, Bank Mandiri Gelar WMM 2024: Perjalanan Inspiratif Wirausaha Muda Menuju Top 4 dan Best of The Best
-
Kolaborasi Megah Lintas Generasi! Bank Mandiri Hadirkan Konser SUPER DIVA di Indonesia Arena
-
IBL 2025 Tip-off 11 Januari, Gandeng Bank Mandiri
-
Dorong Peningkatan Literasi Keuangan, Bank Mandiri Kenalkan Produk Perbankan ke 93.000 Pelajar di Indonesia
-
Rayakan Natal, Bank Mandiri Bagikan Lebih dari 2.000 Paket keSeluruh Indonesia
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Sama dengan Indonesia, Malaysia Kantongi Tarif 19 Persen dari Amerika Serikat
-
BPJS Kesehatan Luncurkan Gerak Sehat Prolanis: Dorong Masyarakat Aktif Cegah Penyakit Kronis
-
ASEAN dan China Upgrade FTA Versi 3.0, Hapus Hambatan Non-Tarif dan Buka Akses UMKM
-
Potensi EBT Melimpah, Pemerintah Sinkronisasi Aturan Soal Transisi Energi
-
Mau Lepas Ketagihan Impor LPG, Bahlil Mulai Proyek Hilirisasi Batu Bara Jadi DME pada 2026
-
Rupiah Dibuka Stagnan Pada Awal Pekan Ini
-
Ancaman Tarif AS Kian Nyata! BI Waspada, Aliran Modal Asing dari Emerging Market Terus Berfluktuasi
-
OJK Umumkan 5 Bank Telah Gulung Tikar
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
SPBU Pertamina Diminta Perbanyak Improvisasi Layanan, dari Toilet hingga Fasilitas Instagramable