Suara.com - Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan ekonomi yang sedang berkembang, Indonesia memiliki peran penting dalam upaya untuk mengurangi pemanasan global dan mencegah dampak perubahan iklim yang lebih parah.
Demi memastikan keberhasilannya, pemerintah telah menetapkan kebijakan dan regulasi yang mendukung hal tersebut. Namun demikian sektor swasta sebagai penggerak ekonomi Indonesia juga harus terlibat aktif dalam transisi menuju Net Zero Emission.
Pihak swasta memiliki kapasitas untuk berinvestasi dalam teknologi baru yang ramah lingkungan, seperti energi terbarukan, kendaraan listrik, dan efisiensi energi.
Hal ini dibenarkan oleh Direktur Tunas Sawa Erma (TSE) Group, Luwy Leunufna. Menurut Luwy, saat ini sektor swasta sedang berlomba-lomba merealisasikan Net Zero Emission untuk menyuksesksan komitmen Indonesia dalam mencegah perubahan iklim.
“Namanya proses adaptasi membutuhkan waktu, butuh inovasi tapi kami berpikir dalam jangka panjang bisnis kita lebih lestari, dalam jangka panjang akan mendukung efisiensi biaya dan comply regulasi lokal maupun internasional. Kita mau meningkatkan kelas kita dengan teknologi baru,” kata Luwy dikutip Senin (24/3/2025).
Saat ini, TSE Group sebagai perusahaan yang bergerak di industri kelapa sawit juga turut memerangi perubahan iklim lewat komitmen Net Zero Emission menggunakan SBTi - sebuah inisiatif global internasional yang paling banyak dipercaya oleh sektor korporasi untuk membantu mereka menetapkan standar, perangkat dan panduan yang memungkinkan perusahaan menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).
Melalui komitmen tersebut, TSE Group mulai beralih dari penggunaan energi fosil ke energi terbarukan dan mengurangi penggunaan pupuk kimia dengan menggunakan pupuk organik dari biochar dan composting plant dari limbah tandan buah kosong.
Tidak sampai di situ, TSE Group juga memasang solar panel untuk kebutuhan listrik jalan.
Selain itu, perusahaan juga membangun Biogas Power Plant untuk mengubah POME (palm oil mill effluent/ limbah cair kelapa sawit) menjadi energi.
Baca Juga: Jamal, Komandan Energi Terbarukan dari Dusun Bondan
Di dalam Biogas Power Plant, limbah cair kelapa sawit yang ditampung di kolam-kolam terbuka akan melepaskan gas metan (CH4) yang nantinya bisa digunakan sebagai sumber energi untuk kegiatan operasional perusahaan.
“Kita buat biogas, investasi awal tentu akan besar tapi dalam jangka panjang kita akan mengurangi penggunaan BBM di seluruh aktivitas kebun kita, baik untuk operasional pabrik maupun penerangan pakai BBM. Dengan pengembangan Biogas Power Plant yang dikoneksikan dengan BioCNG pasti dalam jangka panjang ada manfaatnya,” kata Luwy menambahkan.
Penggunaan BBM untuk aktivitas distribusi dan pengangkutan di perkebunan kelapa sawit TSE Group juga akan dikurangi dengan penggunaan mobil listrik (electric vehicle (EV)). Saat ini uji coba penggunaan electric vehicle sudah dilakukan di beberapa titik di wilayah perkebunan TSE Group.
“Saat ini masih dalam tahap awal, kita uji coba dengan menggunakan pengganti dari yang konvensional jadi EV. Kita berharap seiring berjalannya waktu, teknologinya akan semakin maju sehingga mimpinya sebagian besar alat yang kita pakai di perkebunan khususnya truk-truk diganti menjadi EV,” ujar Luwy.
Upaya untuk mencapai Net Zero Emission dalam ruang lingkup industri sawit merupakan tindakan kolektif yang melibatkan berbagai langkah penting, mulai dari transisi energi fosil ke energi terbarukan hingga daur ulang limbah kelapa sawit menjadi pupuk organik.
"Seluruh langkah ini tidak hanya membantu mengurangi limbah sawit yang sulit terurai, tetapi juga memberikan manfaat lingkungan dan ekonomi yang signifikan," pungkas Luwy mengakhiri.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
ASEAN dan China Upgrade FTA Versi 3.0, Hapus Hambatan Non-Tarif dan Buka Akses UMKM
-
Potensi EBT Melimpah, Pemerintah Sinkronisasi Aturan Soal Transisi Energi
-
Mau Lepas Ketagihan Impor LPG, Bahlil Mulai Proyek Hilirisasi Batu Bara Jadi DME pada 2026
-
Rupiah Dibuka Stagnan Pada Awal Pekan Ini
-
Ancaman Tarif AS Kian Nyata! BI Waspada, Aliran Modal Asing dari Emerging Market Terus Berfluktuasi
-
OJK Umumkan 5 Bank Telah Gulung Tikar
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
SPBU Pertamina Diminta Perbanyak Improvisasi Layanan, dari Toilet hingga Fasilitas Instagramable
-
Emas Antam Terjungkal, Harganya Rp 2.327.000 per Gram Hari Ini
-
IHSG Gaspol ke Level 8.300 di Awal Sesi Perdagangan Senin, Tapi Awas Tekanan Jual Mengintai