Suara.com - Pengusaha sealigus miliarder AS Elon Musk menyuarakan dukungannya untuk sistem perdagangan “bebas tarif” antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa dalam pidato virtual di acara Partai League Italia, Sabtu (5/4/2025).
Pemilik Tesla dan SpaceX itu berargumen bahwa penghapusan tarif akan menciptakan zona perdagangan bebas efektif antara kedua kawasan, mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah ketegangan global.
Dukungan untuk Liberalisasi Perdagangan
Dalam dialog dengan Wakil Perdana Menteri Italia Matteo Salvini—politikus populis sayap kanan—Musk menekankan, “Pada akhirnya, saya berharap Eropa dan AS bisa mencapai kesepakatan bebas tarif. Ini akan membentuk zona perdagangan bebas antara Eropa dan Amerika Utara.”
Pernyataannya ini dinilai sebagai kritik tidak langsung terhadap kebijakan proteksionisme Presiden AS Donald Trump, yang baru saja memberlakukan tarif 20% untuk impor barang Uni Eropa (UE) lewat perintah eksekutif pada Rabu (3/4).
Sebagai informasi, kebijakan Trump telah memicu kecaman dari UE. Bernd Lange, Ketua Komite Perdagangan Internasional Parlemen Eropa, menegaskan blok tersebut akan mengambil “tindakan sah, proporsional, dan tegas” untuk melindungi kepentingan ekonominya. UE juga mengkritik tarif AS sebagai ancaman terhadap kedaulatan dan stabilitas pasar global.
Analis memperkirakan UE mungkin memberlakukan pembatasan impor produk AS seperti kendaraan listrik Tesla atau barang pertanian sebagai bentuk pembalasan. Namun, Musk justru melihat peluang kolaborasi: “Perdagangan bebas mempercepat inovasi. Jika AS dan Eropa bersatu, kita bisa lebih kompetitif menghadapi China,” ujarnya.
Dampak pada Pasar Global
Kebijakan tarif Trump telah mengguncang pasar sejak awal 2024, termasuk menyebabkan volatilitas harga komoditas dan mata uang. Menurut data Bloomberg, indeks saham Eropa turun 1,5% pekan ini, sementara nilai ekspor Jerman ke AS diperkirakan merosot 8% pada kuartal II-2024.
Namun, Musk optimistis perdagangan bebas bisa menjadi solusi: “Tarif hanya memicu perang ekonomi. Dengan teknologi dan sumber daya yang dimiliki AS-Eropa, kerja sama justru akan membuka pasar lebih luas.”
Baca Juga: Said Iqbal Imbau DPR dan Pemerintah Bentuk Satgas PHK, Antisipasi Badai PHK Buruh Imbas Tarif Trump
Reaksi Politik dan Peluang Realisasi
Gagasan Musk mendapat dukungan dari Partai League yang anti-globalisme, tetapi menuai skeptisisme dari kalangan pro-proteksionisme di AS. Mantan Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross menyatakan, “Kebijakan Trump dirancang untuk melindungi industri domestik. Perdagangan bebas hanya menguntungkan korporasi besar.”
Di sisi lain, Komisi Eropa menyatakan sedang mengevaluasi proposal kerja sama ekonomi dengan AS, termasuk kemungkinan perjanjian baru pasca-Presiden Biden. “UE terbuka untuk dialog, tetapi tidak under pressure,” tegas juru bicara UE.
Musk, seperti yang dikutip via Anadolu Agncy, menggarisbawahi bahwa inisiatif perdagangan bebas harus didukung oleh kemitraan teknologi, terutama di bidang AI, energi terbarukan, dan manufaktur. “AS dan Eropa punya kesempatan menjadi pemimpin ekonomi digital jika hambatan dagang dihilangkan,” tambahnya.
Meski demikian, realisasi gagasan ini diragukan banyak pihak mengingat polarisasi politik di AS dan Eropa. “Musk adalah visioner, tapi tarif adalah alat politik. Perubahan kebijakan butuh waktu,” kata ekonom Harvard, Kenneth Rogoff.
Sementara ketegangan perdagangan terus memanas, dunia bisnis internasional menunggu apakah wacana Musk akan mendapat traksi atau justru tenggelam dalam perang dagang AS-Eropa yang kian sengit.
Berita Terkait
-
Tarif Baru AS: Pukulan Telak bagi Ekspor Indonesia?
-
Prabowo Perintahkan Kabinetnya 'Diam' Soal Kebijakan Tarif Trump, Kecuali 3 Menteri Ini
-
Gara-gara Trump, Konglomerat Kehilangan Harta Rp 501 Triliun
-
Indonesia Ikut Kena Gempur Tarif Baru AS, IDCI Sarankan Prabowo Fokus Ekonomi Digital
-
Said Iqbal Imbau DPR dan Pemerintah Bentuk Satgas PHK, Antisipasi Badai PHK Buruh Imbas Tarif Trump
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
ESDM Perkuat Program PLTSa, Biogas, dan Biomassa Demi Wujudkan Transisi Energi Hijau untuk Rakyat
-
Lowongan Kerja PT Surveyor Indonesia: Syarat, Jadwal dan Perkiraan Gaji
-
Profil BPR Berkat Artha Melimpah, Resmi di Bawah Kendali Generasi Baru Sinar Mas
-
BI Sebut Asing Bawa Kabur Dananya Rp 940 Miliar pada Pekan Ini
-
BI Ungkap Bahayanya 'Government Shutdown' AS ke Ekonomi RI
-
Pensiunan Bisa Gali Cuan Jadi Wirausahawan dari Program Mantapreneur
-
Sambungan Listrik Gratis Dorong Pemerataan Energi dan Kurangi Ketimpangan Sosial di Daerah
-
Bank Indonesia Rayu Apple Adopsi Pembayaran QRIS Tap
-
Profil Cucu Eka Tjipta Widjaja yang Akusisi PT BPR Berkat Artha Meimpah
-
Kementerian ESDM Tata Kelola Sumur Rakyat, Warga Bisa Menambang Tanpa Takut