Suara.com - Korea Selatan (Korsel) mengalami tekanan ekonomi imbas dari tarif perang dagang Amerika Serikat hingga pergantian Yoon Seok-yeol yang membuat kualitas pekerjaan berkurang. Adapun lebih dari tiga dari empat pemuda Korea Selatan yang menganggur meyakini bahwa terdapat kurangnya kesempatan kerja yang bermutu di negara tersebut.
Dilansir Korea Herald, berdasarkan jajak pendapat oleh Federasi Industri Korea, 76,4 persen responden mengatakan bahwa kesempatan kerja yang bermutu kurang tersedia di negara tersebut. Secara spesifik, 42,6 persen mengatakan posisi yang bermutu agak kurang tersedia dan 33,8 persen mengatakan bahwa posisi tersebut sangat kurang tersedia.
Lalu, hanya 1,2 persen yang menjawab bahwa kesempatan tersebut sebagian besar cukup atau cukup lengkap. Survei tersebut dilakukan dari tanggal 7-10 April terhadap 500 orang pengangguran berusia 19 hingga 34 tahun. Ketika ditanya tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap posisi kerja yang bermutu, 31,8 persen menyebutkan tingkat gaji, diikuti oleh keamanan kerja dan keseimbangan kehidupan kerja, masing-masing sebesar 17,9 persen dan 17,4 persen.
Rata-rata, responden mengatakan mereka berharap memperoleh penghasilan setidaknya 34,68 juta won atau sekitar 24.397 ribu dollar AS per tahun sebelum pajak. Di antara pemuda pengangguran yang tidak secara aktif mencari pekerjaan, 19,6 persen mengatakan mereka saat ini sedang mempersiapkan sertifikasi atau ujian.
Sedangkan 17,3 persen menyebutkan kurangnya kesempatan kerja yang sesuai, dengan 16,5 persen mengatakan mereka hanya mengambil cuti. Selain Korea Selatan, beberapa negara juga mengalami peningkatakn pengangguran. Salah satunya di Amerika Serikat yang mengalami lonjakan masyarakat banyak tidak bekerja.
Adapun, tingkat pengangguran di Amerika Serikat (AS) terus meningkat. Adapun tingkat pengangguran naik menjadi 4,2%, lebih tinggi dari perkiraan 4,1%. Hal ini dikarenakan tingkat partisipasi angkatan kerja juga meningkat. Dalam hal ini tingkat pengangguran mengalahkan estimasi yang diperkirakan.
Lalu, indikator pengangguran yang lebih luas yang mencakup mereka yang tidak mencari pekerjaan serta pekerja yang memegang pekerjaan paruh waktu karena alasan ekonomi setengah menganggur turun tipis menjadi 7,9%. Survei rumah tangga, yang digunakan untuk menentukan tingkat pengangguran, sejalan dengan penghitungan gaji perusahaan, karena menunjukkan kenaikan sebanyak 201.000 pekerja.
Selain itu, pekerja penuh waktu meningkat sebanyak 459.000, sementara pekerja paruh waktu turun sebanyak 44.000. Lalu,pertumbuhan lapangan kerja lebih kuat dari yang diharapkan pada bulan Maret, memberikan setidaknya kepastian. Sedangkan bahwa pasar tenaga kerja stabil, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada hari Jumat.
Namun, angka bulan Maret menunjukkan pasar tenaga kerja yang masih kuat, meskipun hitungan bulan Januari dan Februari mengalami revisi penurunan yang substansial. Selain pemangkasan 34.000 dari hitungan awal Februari, pertumbuhan Januari kini hanya 111.000, turun 14.000 dari estimasi sebelumnya.
Baca Juga: 2 Jenis Pekerjaan Ini Tahan Resesi, Gajinya Menggiurkan
Rata-rata pendapatan per jam meningkat 0,3% pada bulan tersebut, sesuai dengan perkiraan, sementara tingkat tahunan 3,8% berada 0,1 poin persentase di bawah estimasi dan merupakan level terendah sejak Juli 2024. Rata-rata minggu kerja tidak berubah pada 34,2 jam.
Untuk Maret, perawatan kesehatan merupakan area pertumbuhan terdepan, konsisten dengan bulan-bulan sebelumnya. Industri tersebut menambah 54.000 pekerjaan, hampir persis sejalan dengan rata-rata 12 bulannya. Area pertumbuhan lainnya termasuk bantuan sosial dan ritel, yang keduanya menambah 24.000, sementara transportasi dan pergudangan menunjukkan peningkatan 23.000.
Selain itu, pemangkasan pengeluaran "kemungkinan akan meluas ke sektor swasta, memukul kontraktor dan nirlaba, dan kita masih memiliki perang dagang yang meningkat," kata DPR. "Ada banyak pertempuran yang harus dihadapi pasar tenaga kerja, banyak guncangan yang harus diatasi dalam beberapa bulan mendatang."
Pemulihan ekonomi yang tak terduga kuat dari resesi pandemi tahun 2020 memicu lonjakan inflasi yang mencapai puncaknya pada Juni 2022, ketika harga naik 9,1% dari tahun sebelumnya.
Berita Terkait
-
SPPG Turut Berkontribusi pada Perputaran Ekonomi Lokal
-
Kementerian PU Tandatangani Kontrak Pekerjaan Pembangunan Gedung SPPG di 152 Lokasi
-
SPPG Dibangun dengan Konsep One-Flow Direction dan Sistem Cold Chain Modern
-
Setiap Provinsi Akan Punya Dapur MBG, Kementerian PU Percepat Pembangunan SPPG
-
Pemerintah Bangun SPPG sebagai Dapur Modern untuk Mendukung Program Makan Bergizi Gratis
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pilihan Baru BBM Ramah Lingkungan, UltraDex Setara Standar Euro 5
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun
-
Kemenkop dan LPDB Koperasi Perkuat 300 Talenta PMO Kopdes Merah Putih
-
Kantor Cabang Bank QNB Berguguran, OJK Ungkap Kondisi Karyawan yang Kena PHK
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar