Suara.com - Penurunan produksi minyak nasional atau lifting minyak yang terus terjadi di Indonesia memunculkan berbagai pertanyaan dan spekulasi.
Bahkan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menduga ada unsur ketidaksengajaan, agar pemerintah impor minyak mentah.
Namun, Ketua Yayasan Patra Ganesha 10 TM ITB yang juga Praktisi Migas, Hadi Ismoyo menilai, tudingan adanya unsur kesengajaan dalam menahan produksi minyak tidak berdasar.
Menurut dia, semua proses lifting minyak yang dilakukan di dalam negeri sudah dalam perhitungan yang tepat.
"Apakah ada unsur kesengajaan? Para profesional migas di lapangan bekerja atas dasar perhitungan yang berbasis earth science dan engineering," ujar Hadi saat dihubungi Suara.com pada Rabu 28 Mei 2025.
Menurutnya, jadi tidak ada kesengajaan sama sekali untuk tidak melifting minyak sebesar-besarnya.
Dirinya menuturkan, bahwa kapasitas produksi dan lifting harus tetap mematuhi prinsip-prinsip mekanika cadangan atau reservoir dan rencana pelubangan atau depletion plan yang penuh kehati-hatian sesuai kaidah manajemen cadangan.
Hal ini penting agar setiap lapangan migas yang dikembangkan dapat menghasilkan efisiensi hidrokarbon atau ecovery factor yang maksimal.
Lebih lanjut, Hadi menjelaskan beberapa penyebab utama turunnya lifting minyak di Indonesia.
Baca Juga: Menteri Bahlil Sebut Ada 'Udang di Balik Batu' Soal Lifting Minyak yang Terus Turun
Pertama, belum adanya kegiatan eksplorasi yang masif untuk mendapatkan temuan raksasa (giant discovery) sekelas Blok Cepu.
"Dibutuhkan minimal tiga kali temuan sebesar Blok Cepu untuk mempertahankan produksi menuju 1 juta barel per hari," imbuh dia
Kedua, meskipun tampak ada banyak kegiatan eksplorasi, namun sebagian besar hanya didominasi temuan gas.
Akibatnya, kegiatan tersebut belum memberikan kontribusi signifikan terhadap produksi minyak nasional.
Ketiga, sekitar 70 persen lapangan minyak di Indonesia adalah lapangan tua (mature field) dengan rasio air mencapai 80 hingga 90 persen.
"Sehingga walau terjadi banyak aktivitas pemboran, hasilnya tidak signifikan. Hanya cukup untuk mempertahankan agar penurunan produksi secara alami tidak semakin tajam," jelas Hadi.
Berita Terkait
-
Bahlil: Mau Ganjar-Prabowo, Wapresnya Tetap Orang HIPMI
-
Bahlil Siap Maju jadi Penerus Airlangga, Wasekjen Golkar: Masa Bukan Kader Ngaku Siap jadi Ketum, Malu Dong!
-
Strategi Pertamina Hulu Energi Kejar Target Produksi Minyak 1 Juta Barel
-
Minta Mahasiswa Bantu Pemerintah Kurangi Pengangguran, Menteri Bahlil: Jangan Jadi PNS atau Karyawan
-
Mantap! Realisasi Investasi ke Indonesia Capai Target Rp 1.200 Triliun
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Harga Perak Mulai 'Dingin' Setelah Penguatan Berturut-turut
-
Perbaikan Jalan Tol Cipularang dan Padaleunyi Diperpanjang Sepekan, Cek Rutenya
-
YES 2025: Ajak Anak Muda Berani Memulai Usaha, Waktu Menjadi Modal Utama
-
YES 2025: Berbagi Tips Investasi Bagi Generasi Muda Termasuk Sandwich Generation
-
Youth Economic Summit 2025 : Pentingnya Manfaat Dana Darurat untuk Generasi Muda
-
Kapan Bansos BPNT Cair? Penyaluran Tahap Akhir Bulan November 2025, Ini Cara Ceknya
-
Youth Economic Summit 2025: Ekonomi Hijau Perlu Diperkuat untuk Buka Investasi di Indonesia
-
Apa Itu Opsen Pajak? Begini Perhitungannya
-
Suara Penumpang Menentukan: Ajang Perdana Penghargaan untuk Operator Bus Tanah Air
-
Youth Economic Summit 2025: Peluang Industri Manufaktur Bisa Jadi Penggerak Motor Ekonomi Indonesia