Selain jumlah penerima yang masih terbatas, skema penyaluran Bantuan Subsidi Upah (BSU) juga belum menyasar pekerja di sektor informal. Salah satu syarat utama untuk menerima bantuan ini adalah penerima harus terdaftar sebagai peserta aktif di BPJS Ketenagakerjaan.
"Persyaratan ini secara otomatis mengecualikan jutaan pekerja informal, seperti pedagang kaki lima, pengemudi ojek daring, buruh harian, tukang bangunan, dan pekerja lepas lainnya," tulis Core Indonesia.
Padahal, kelompok pekerja informal ini juga terdampak tekanan ekonomi, terutama dalam situasi harga kebutuhan pokok yang terus naik dan daya beli yang melemah. Mereka bekerja tanpa kepastian pendapatan tetap, tanpa jaminan sosial, dan sangat rentan terhadap guncangan ekonomi.
Memang Penebalan bantuan sosial (bansos) diperlukan untuk menjaga daya beli kelompok berpendapatan rendah. Pemerintah mengalokasikan tambahan anggaran Rp 11,93 triliun dari APBN untuk program ini. Tambahan bansos ini akan disalurkan melalui Kartu Sembako sebesar Rp 200 ribu per bulan selama Juni–Juli 2025 kepada 18,3 juta penerima.
Selain itu, setiap Keluarga Penerima Manfaat (KPM) juga akan mendapat 10 kg beras per bulan, atau total 20 kg selama dua bulan. Langkah ini diharapkan bisa membantu menahan tekanan ekonomi dan menjaga konsumsi rumah tangga. Hanya saja, jika target stimulus juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, bantuan untuk kelompok kelas menengah juga tidak boleh terlewatkan.
Kelas menengah dan calon kelas menengah menyumbang lebih dari 50% konsumsi nasional. Namun sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kelompok ini mengalami penurunan. Bantuan sosial yang secara khusus ditujukan kepada mereka pun masih terbatas.
Dari lima stimulus yang diberikan pemerintah, bantuan yang secara spesifik menyasar kelompok kelas menengah masih minim.
Memang, ada bantuan berupa diskon transportasi dan tarif tol yang ditujukan bagi mereka. Namun, perlu dicatat, stimulus serupa juga pernah diberikan saat mudik lebaran, yang notabene memiliki masa libur lebih panjang, Kelas menengah dan calon kelas menengah menyumbang lebih dari 50% konsumsi nasional.
"Namun sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kelompok ini mengalami penurunan," tulis Core Indonesia.
Baca Juga: Bos Danantara Ungkap Ideal Return Investasi di RI: Minimal 10%
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
IWIP Gelontorkan Pendanaan Rp900 Juta untuk Korban Bencana di Sumatera
-
AKGTK 2025 Akhir Desember: Jadwal Lengkap dan Persiapan Bagi Guru Madrasah
-
Dasco Ketuk Palu Sahkan Pansus RUU Desain Industri, Ini Urgensinya
-
ASPEBINDO: Rantai Pasok Energi Bukan Sekadar Komoditas, Tapi Instrumen Kedaulatan Negara
-
Nilai Tukar Rupiah Melemah pada Akhir Pekan, Ini Penyebabnya
-
Serikat Buruh Kecewa dengan Rumus UMP 2026, Dinilai Tak Bikin Sejahtera
-
Kuota Mulai Dihitung, Bahlil Beri Peringatan ke SPBU Swasta Soal Impor BBM
-
Pemerintah Susun Standar Nasional Baru Pelatihan UMKM dan Ekraf
-
Stok Di Atas Rata-rata, Bahlil Jamin Tak Ada Kelangkaan BBM Selama Nataru
-
Kadin Minta Menkeu Purbaya Beri Insentif Industri Furnitur