Suara.com - Ketegangan geopolitik yang terjadi antara Iran-Israel terus membayangi pergerakan harga minyak dunia, bahkan berpotensi mencapai USD 100 per barel.
Kekinian, harga minyak dunia perlahan mulai melonjak. Meskipun, pada saat ini harganya kembali turun, imbas adanya gencatan senjata.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menilai saat ini harga minyak dunia masih berada di bawah asumsi APBN 2025.
Namun, apabila harga melampaui batas asumsi sebesar USD 82 per barel, pemerintah akan mempertimbangkan langkah penyesuaian.
"Asumsi APBN kita itu kan, harga per barrel-nya itu USD 82 dolar per barrel. Dan dalam waktu beberapa bulan terakhir kan, belum sampai pada angka USD 75 pun belum ada. Masih USD 75 ke bawah," ujar Bahlil di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (24/6/2025).
"Artinya secara APBN itu bagus sebenarnya. Tapi kalau di atas USD 82 dolar per brrel, itu pastikan ada perhitungan baru. Katanya harga minyak akan potensi naik, melebihi asumsi di dalam APBN. Saya katakan berdoa aja. Karena hanya doa dan ikhtiar kita secara internal, yang bisa menyelamatkan kita," sambung dia.
Bahlil yang juga menjabat Ketua Umum Partai Golkar ini, mengungkapkan dalam beberapa hari terakhir harga minyak global sempat bergerak fluktuatif. Dari sebelumnya sempat berada di kisaran USD 78–79, kini turun kembali ke USD 67–68 per barel.
Meski ini memberikan sedikit ruang lega terhadap tekanan fiskal, Bahlil menekankan bahwa dinamika geopolitik di Timur Tengah masih sangat labil.
"Tapi satu hal yang saya sampaikan bahwa dinamika di Timur Tengah sampai dengan tadi saya berangkat ke sini, saya mengikuti perkembangannya dengan jaringan yang saya punya, masih dinamis, naik turun, naik turun," imbuh dia.
Baca Juga: Oleh-oleh ke Rusia, RI Malah Disuruh Impor Migas
Harga Minyak Dunia Merosot
Harga minyak dunia merosot hingga 7 persen pada Senin 23 Juni 2025, atau turun USD 5 per barel setelah Iran memutuskan untuk tidak menutup Selat Hormuz.
Sebagai gantinya, Iran membalas serangan udara Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklirnya dengan meluncurkan rudal ke pangkalan militer AS di Qatar.
Seperti dinukil Reuters, Selasa, 24 Juni 2025, minyak mentah Brent ditutup turun sebesar USD 5,53 atau 7,2 persen ke level USD 71,48 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga jatuh USD 5,53 atau 7,2 persen menjadi USD 68,51.
Kondisi Ini menjadi penurunan harian tertajam bagi Brent sejak Agustus 2022.
“Aliran minyak saat ini bukanlah target utama dan kemungkinan tidak akan terdampak. Saya kira akan ada pembalasan militer terhadap pangkalan-pangkalan AS dan/atau upaya untuk menyerang lebih banyak target sipil Israel,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Untung Rugi Redenominasi Rupiah
-
54 SPBU Disanksi dan 3.500 Kendaraan Diblokir Pertamina Akibat Penyelewengan BBM
-
Harga Perak: Turun Tipis Dalam Sepekan, Harga Dunia Menguat
-
Gaji Pensiunan ASN, TNI Dan Polri Taspen Naik Tahun 2025: Cek Faktanya
-
AADI Tebar Dividen Interim Rp4,17 Triliun, Potensi Rp 536 per Saham: Cek Jadwalnya
-
Mengapresiasi Inovasi: Energi Penggerak Menuju Indonesia Emas 2045
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
Harga Emas Stabil di US$ 4.000, Apakah Bisa Tembus Level US$ 5.000?
-
Prediksi Bitcoin: Ada Proyeksi Anjlok US$ 56.000, Analis Yakin Sudah Capai Harga Bottom
-
Bocoran 13 IPO Saham Terbaru, Mayoritas Perusahaan Besar Sektor Energi