Suara.com - Indonesia berduka. Salah satu putra terbaik bangsa, ekonom senior Kwik Kian Gie, telah berpulang hari ini Selasa (29/7/2025 pada usia 90 tahun.
Kepergiannya meninggalkan lubang besar dalam kancah pemikiran ekonomi dan politik Tanah Air, sosok yang dikenal tak gentar menyuarakan kebenaran, bahkan jika itu berarti berseberangan dengan arus utama.
Berita duka ini pertama kali diketahui melalui unggahan mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, di akun media sosial X miliknya. "Selamat jalan Pak Kwik Kian Gie. Ekonom, pendidik, nasionalis sejati. Mentor yang tak pernah lelah memperjuangkan kebenaran. Yang berdiri tegak di tengah badai, demi kepentingan rakyat dan negeri. Indonesia berduka," tulis Sandiaga,
Kwik Kian Gie, yang lahir pada 11 Januari 1935 di Pati, Jawa Tengah, dikenal luas sebagai Guo Jianyi. Ia adalah seorang ahli ekonomi dan politikus keturunan Tionghoa yang disegani. Sepanjang hidupnya, Kwik dikenal sebagai pribadi yang bersih dan berintegritas tinggi, baik sebagai ekonom, akademisi, maupun tokoh publik.
Kwik Kian Gie bukan sekadar akademisi di menara gading. Ia pernah merasakan getirnya medan politik sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin) di era Presiden Abdurrahman Wahid. Pengalamannya di pemerintahan memberinya perspektif unik tentang bagaimana kebijakan dirumuskan dan diimplementasikan, yang kemudian ia gunakan untuk memperkaya analisis dan kritik-kritiknya.
Salah satu ciri khas Kwik Kian Gie adalah pandangannya yang sering kali kontroversial namun substansial. Ia dikenal sebagai ekonom yang memegang teguh prinsip keadilan sosial dan kedaulatan ekonomi bangsa.
Kritik-kritiknya terhadap globalisasi yang kebablasan, liberalisasi pasar yang tidak terkendali, dan privatisasi aset-aset negara seringkali menjadi perhatian publik. Ia tak segan melontarkan kritik pedas kepada siapapun, termasuk pemerintah yang sedang berkuasa, demi kemaslahatan rakyat.
Kwik Kian Gie juga adalah seorang penulis produktif. Kolom-kolomnya di berbagai media massa selalu dinanti, menyajikan pandangan-pandangan orisinal dan argumentasi yang kuat tentang berbagai isu ekonomi dan politik. Ia memiliki kemampuan untuk menyederhanakan isu-isu kompleks sehingga mudah dipahami oleh masyarakat luas, membuatnya menjadi salah satu edukator ekonomi terbaik di negeri ini.
Baca Juga: Kwik Kian Gie Meninggal Dunia: Ini Profil, Karier, Politik, dan Pendidikannya
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
Terkini
-
Kebiasaan Mager Bisa Jadi Beban Ekonomi
-
Jurus Korporasi Besar Jamin Keberlanjutan UMKM Lewat Pinjaman Nol Persen!
-
Purbaya Sepakat sama Jokowi Proyek Whoosh Bukan Cari Laba, Tapi Perlu Dikembangkan Lagi
-
Dorong Pembiayaan Syariah Indonesia, Eximbank dan ICD Perkuat Kerja Sama Strategis
-
Respon Bahlil Setelah Dedi Mulyadi Cabut 26 Izin Pertambangan di Bogor
-
Buruh IHT Lega, Gempuran PHK Diprediksi Bisa Diredam Lewat Kebijakan Menkeu Purbaya
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
IHSG Merosot Lagi Hari Ini, Investor Masih Tunggu Pertemuan AS-China
-
Ada Demo Ribut-ribut di Agustus, Menkeu Purbaya Pesimistis Kondisi Ekonomi Kuartal III
-
Bahlil Blak-blakan Hilirisasi Indonesia Beda dari China dan Korea, Ini Penyebabnya