Suara.com - Sebuah kritik tajam sekaligus refleksi mendalam datang dari ekonom senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Hendri Saparini. Tepat di usianya yang ke-80 tahun, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah (PR) besar dimana gagal menyediakan lapangan kerja yang layak dan memadai bagi rakyatnya.
Hal tersebut dikatakan Hendri Saparini dalam acara Ruang Gagasan bertajuk Rayakan Kemerdekaan Raih Peluang Global di Kantor Core Indonesia, Jakarta, Kamis malam (14/8/2025).
"Karena setelah merdeka 80 tahun, kita belum bisa menyiapkan lapangan kerja yang cukup," ujar Hendri Saparini.
Menurutnya, angka pengangguran yang tercatat 'hanya' 7 juta orang tidak bisa menjadi satu-satunya indikator. Masalah yang jauh lebih besar ada pada kualitas pekerjaan. Dari 145 juta orang yang bekerja, ternyata lebih dari separuhnya berada di sektor informal.
Bekerja di sektor informal berarti mereka tidak memiliki perlindungan hukum yang jelas, tidak mendapatkan jaminan sosial, dan menghadapi ketidakpastian yang tinggi. Hendri Saparini menegaskan, kondisi ini adalah bukti nyata dari pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah.
"Artinya apa? Ya kita memang ada background. Ada pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan. Bukan berarti bahwa khawatir kita kemudian akan menyebabkan kita pesimis, menurut saya tidak. Tapi ini tantangan bagi kita untuk kita, untuk memperbaiki bagaimana kita ke depan," tegasnya.
Meskipun demikian, Hendri Saparini menolak untuk bersikap pesimis. Ia melihat tantangan ini sebagai peluang besar. Menurutnya, pengalaman dari banyak negara maju menunjukkan bahwa kunci utama untuk naik ke level yang lebih tinggi adalah anak muda.
"Pengalaman dari banyak negara, yang bisa membawa sebuah negara itu naik kepada level yang lebih tinggi, menjadi negara maju, kuncinya adalah anak muda," kata Hendri.
Negara-negara tersebut, lanjutnya, berhasil meningkatkan pendapatan per kapita dan masuk ke dalam kelompok negara maju, justru saat mereka mengalami bonus demografi. Bonus demografi adalah kondisi di mana jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar daripada usia non-produktif.
Baca Juga: Core Indonesia: 80 Tahun Merdeka, Indonesia Masih Resah soal Kondisi Ekonomi
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia per Februari 2025, meningkat dibandingkan dengan tahun lalu.
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan bahwa jumlah orang yang menganggur per Februari sebanyak 7,28 juta orang. Angka ini meningkat 1,11% dibanding Februari 2024.
"Dibandingkan dengan Februari 2024, per Februari 2025 jumlah orang yang menganggur meningkat 83,45 ribu orang yang naik kira-kira 1,11%," jelasnya dalam konferensi pers, Senin (5/5/2025).
Dalam data BPS, persentase jumlah pengangguran per Februari yakni 4,76%. Pengangguran yang dimaksud yakni penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak bekerja namun sedang mencari pekerjaan; mempersiapkan usaha baru; sudah diterima bekerja/sudah siap berusaha tetapi belum mulai bekerja/berusaha; atau merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (putus asa).
Menurut data, jumlah pengangguran (TPT) laki-laki sebesar 4,98%, lebih tinggi dibandingkan perempuan yang sebesar 4,41%. Tingkat pengangguran laki-laki mengalami peningkatan 0,02 persen poin, sedangkan tingkat pengangguran perempuan turun 0,19 persen poin dibandingkan Februari 2024.
Berdasarkan kelompok umur, usia muda di bawah 24 tahun menyumbang TPT tertinggi. Sementara yang terendah yakni kelompok usia tua di atas 60 tahun.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Daftar Pemegang Saham BUMI Terbesar, Dua Keluarga Konglomerat Masih Mendominasi
-
Tips dan Cara Memulai Investasi Reksa Dana dari Nol, Aman untuk Pemula!
-
Danantara Janji Kembalikan Layanan Premium Garuda Indonesia
-
Strategi Bibit Jaga Investor Pasar Modal Terhindar dari Investasi Bodong
-
ESDM Ungkap Alasan Sumber Listrik RI Mayoritas dari Batu Bara
-
Program Loyalitas Kolaborasi Citilink dan BCA: Reward BCA Kini Bisa Dikonversi Jadi LinkMiles
-
IHSG Berbalik Loyo di Perdagangan Kamis Sore, Simak Saham-saham yang Cuan
-
COO Danantara Tampik Indofarma Bukan PHK Karyawan, Tapi Restrukturisasi
-
COO Danantara Yakin Garuda Indonesia Bisa Kembali Untung di Kuartal III-2026
-
Panik Uang di ATM Mendadak Hilang? Segera Lakukan 5 Hal Ini