Suara.com - Di tengah tantangan besar yang dihadapi keluarga dengan anak mengidap thalasemia, Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) hadir sebagai penyelamat yang memberikan harapan baru.
Kisah perjuangan Vinne dari Kota Bogor, yang mendampingi buah hatinya menjalani pengobatan thalasemia, menjadi bukti nyata bagaimana Program JKN mampu meringankan beban biaya dan memberikan ruang bagi orang tua untuk fokus pada pemulihan anak.
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah bawaan yang membutuhkan pengobatan jangka panjang dan intensif. Biaya pengobatan yang tinggi sering kali menjadi tantangan besar bagi keluarga pasien.
Vinne, seorang ibu muda, menceritakan kisah perjuangannya mendampingi anak pertamanya yang kini berusia 1 tahun 9 bulan. Buah hati yang bernama Arvela Arlazia Valentino telah menjalani pengobatan thalasemia sejak usia 8 bulan. Arvela bukan hanya anak pertama, tetapi juga anak yang telah lama dinanti dan sangat diharapkan kehadirannya.
“Arvela ini benar-benar kami tunggu-tunggu sejak lama. Ketika akhirnya lahir, rasanya senang sekali. Tapi saat tahu dia mengidap thalasemia, saya merasa ini sebuah ujian,” ujar Vinne dengan suara bergetar.
Thalasemia bukan penyakit biasa. Pengobatannya membutuhkan transfusi darah rutin dan pemantauan intensif yang tentu saja memerlukan biaya besar.
Saat pertama kali mendengar diagnosis dari dokter, Vinne mengaku sangat terpukul, bukan hanya karena kondisi anaknya, tetapi juga karena bayangan biaya pengobatan yang harus ditanggung.
“Menurut dokter, pengobatan ini sangat mahal. Bahkan sekaya apapun harta kita, bisa habis karena pengobatan ini,” ungkapnya.
Vinne sendiri belum pernah menggunakan BPJS Kesehatan dan bahkan sempat meremehkan manfaatnya. Ia mengaku sempat underestimate terhadap layanan BPJS Kesehatan. Namun, pandangannya berubah total setelah mengetahui bahwa pengobatan thalasemia anaknya bisa dicover oleh BPJS Kesehatan.
Baca Juga: HUT ke-80 RI: Telkom Perkuat Peran UMKM dengan Semangat Bersatu
“Awalnya saya belum pernah pakai BPJS Kesehatan, bahkan sempat meremehkan. Tapi setelah tahu anak saya bisa berobat thalasemia pakai BPJS Kesehatan, saya merasa sangat terbantu banget. Rasanya seperti ada harapan baru,” ungkapnya sambil tersenyum.
Setiap 3 bulan sekali, anaknya menjalani transfusi darah di Rumah Sakit (RS) PMI Bogor. Seluruh biaya pengobatan, pemeriksaan, dan tindakan medis ditanggung oleh Program JKN. Vinne merasa sangat bersyukur karena tidak perlu lagi memikirkan biaya dan bisa fokus mendampingi anaknya menjalani pengobatan.
“Kalau tidak pakai BPJS Kesehatan, mungkin kami akan kesulitan soal biaya. Tapi sekarang, kami bisa terus berjuang demi anak kami dengan tenang,” tuturnya.
Di pengujung perbincangan, Vinne menyampaikan harapannya agar BPJS Kesehatan terus meningkatkan kualitas layanan dan memperluas akses bagi peserta JKN, terutama untuk anak-anak dengan penyakit kronis seperti thalasemia.
"Saya hanya berharap BPJS Kesehatan tetap ada dan makin baik ke depannya. Karena jujur, kalau bukan karena BPJS Kesehatan, saya nggak tahu bagaimana nasib anak saya. Pengobatannya mahal sekali, tapi berkat BPJS Kesehatan, saya bisa fokus mendampingi anak saya tanpa harus pusing mikirin biaya. Itu benar-benar jadi penyelamat buat keluarga kami," ucapnya sambil menatap anaknya dengan penuh kasih.
Kisah Vinne adalah satu dari ribuan cerita perjuangan orang tua yang berjuang demi anak-anak mereka. Di tengah keterbatasan, hadirnya Program JKN menjadi cahaya yang menerangi jalan panjang pengobatan. Bukan hanya soal biaya, tapi tentang harapan, tentang kesempatan untuk melihat anak tumbuh, bermain, dan tertawa seperti anak-anak lainnya.
Berita Terkait
-
HUT ke-80 RI: Telkom Perkuat Peran UMKM dengan Semangat Bersatu
-
Bank BNI Perkenalkan BNIdirect Bisnis, Platform Digital Efisien untuk Mendukung UMKM
-
Perjalanan UMKM Susu Mbok Darmi dan Ayam Bang Dava Mengangkat Cita Rasa Indonesia Lewat ShopeeFood
-
Pertamina Bina UMKM DDistillers, Ubah Lahan Kritis Jadi Lapangan Kerja bagi Ribuan Warga Desa
-
Patra Niaga Dukung UMKM Nasional Naik Kelas dan Mendunia, Perkuat Ekonomi Daerah
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
Ratusan Hewan Ternak Warga Mati Disapu Awan Panas Gunung Semeru, Dampak Erupsi Makin Meluas
-
Profil Victor Hartono: Pewaris Djarum, Dicekal Negara Diduga Kasus Pajak
-
Dugaan Korupsi Miliaran Rupiah, Kejati DIY Geledah Kantor BUKP Tegalrejo Jogja
-
Fakta-fakta Gangguan MRT Kamis Pagi dan Update Penanganan Terkini
-
5 Mobil Bekas Pintu Geser Ramah Keluarga: Aman, Nyaman untuk Anak dan Lansia
Terkini
-
Purbaya soal Pejabat Kemenkeu Diperiksa Kejagung: Itu Masa Lalu, Bukan Sekarang
-
IHSG Menguat Tipis Sore Ini, Apa Saja Saham yang Cuan
-
Ekonom Buka Data Soal Perlunya Kebijakan Moratorium CHT
-
Gunung Semeru Erupsi, Gimana Nasib Jadwal Penerbangan?
-
Rupiah Lesu Lawan Dolar AS, Karena The Fed Galau Soal Suku Bunga Acuan
-
Karier dan Pendidikan Victor Rachmat Hartono: Bos PT Djarum
-
Purbaya Umumkan Defisit APBN Rp 479,7 Triliun per Oktober 2025, Klaim Masih Aman
-
Profil Victor Hartono: Pewaris Djarum, Dicekal Negara Diduga Kasus Pajak
-
Bearish Bitcoin: Harga BTC Bisa Turun ke US$67.000 Meski Ada Sentimen Positif
-
Dirut PT Djarum Victor Rachmat Hartono Dicekal Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty