- Penguatan kurs rupiah dipengaruhi inflasi Indonesia yang tetap terkendali.
- Inflasi yang tetap terkendali di 2,31 persen (year on year/yoy) pada Agustus 2025.
- Langkah Bank Indonesia memangkas suku bunga ke 4,75 persen juga membantu rupiah bertahan.
Suara.com - Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Rabu sore (1/10/2025) menguat sebesar 30 poin atau 0,18 persen menjadi Rp16.635 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.665 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini turut menguat ke level Rp16.680 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.692 per dolar AS.
Menurut Research and Development Indonesia Commodity and Derivatives Exchange ICDX Taufan Dimas Hareva, penguatan kurs rupiah dipengaruhi inflasi Indonesia yang tetap terkendali.
"Penguatan ini menunjukkan bahwa meskipun tekanan eksternal masih kuat, faktor domestik seperti inflasi yang tetap terkendali di 2,31 persen (year on year/yoy) pada Agustus 2025, serta langkah Bank Indonesia memangkas BI-Rate ke 4,75 persen berhasil memberi sedikit ruang stabilitas," terang Taufan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,21 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada September 2025.
Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaikan dari 108,51 pada Agustus 2025 menjadi 108,74 pada September 2025.
Secara tahunan, inflasi mencapai 2,65 persen year-on-year (yoy). Adapun secara tahun kalender, inflasi sebesar 1,82 persen year-to-date (ytd).
"Dukungan stimulus fiskal pemerintah juga menjadi katalis positif bagi daya beli, walaupun kebutuhan dolar korporasi di awal bulan tetap membatasi ruang penguatan rupiah," ujar Taufan.
Melihat sentimen dari global, pergerakan rupiah masih kuat dipengaruhi oleh dinamika dolar AS.
Baca Juga: Sempat Demam, Rupiah Mulai Pulih di Level Rp16.673 terhadap Dolar AS
Saat ini, pasar disebut cenderung berhati-hati menunggu rilis data ketenagakerjaan AS yang akan menjadi penentu arah kebijakan moneter The Fed ke depan.
Isu government shutdown (penutupan pemerintah) di AS sempat menekan dolar, lanjutnya, tetapi kini sentimen tersebut sudah mereda, dengan fokus investor kembali pada prospek suku bunga dan ketidakpastian global.
Yield obligasi domestik yang naik akibat keluarnya sebagian dana asing dianggap pula menjadi sinyal bahwa tekanan eksternal belum sepenuhnya hilang.
"Dengan demikian, pergerakan rupiah hari ini sangat ditentukan oleh kombinasi sentimen domestik yang relatif positif dan dinamika global yang dominan," tutup dia.
Berita Terkait
-
Harga Beras Anjlok di September, Begini Datanya
-
Inflasi dan Neraca Perdagangan Dorong Rupiah Perkasa Lawan Dolar AS Hari Ini
-
Rupiah Anjlok Rp 16.800, Menko Airlangga Akui Belum Bertemu Gubernur BI! Ada Apa?
-
Aduh, Rupiah Sakit Lagi Lawan Dolar Amerika di Awal Bulan Oktober
-
Nilai Tukar Rupiah Menguat pada Penutupan Perdagangan Selasa
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
Terkini
-
Medical Advisory Board, Langkah AdMedika Dalam Perkuat Tata Kelola Medis
-
Ajang Anugerah Media Humas - Komdigi 2025: Telkom Raih Dua Penghargaan Terbaik
-
Emas Antam Terjungkal, Harganya Lebih Murah Jadi Rp 2.322.000 per Gram
-
Gelar RUPSLB, CRSN Tambah Portofolio Bisnis
-
Daftar Maskapai Pindah ke Terminal 1B Bandara Soetta, Mulai Berlaku Pekan Ini
-
Rupiah Kian Tertekan, Dibuka Melemah ke Rp16.754 per Dolar AS
-
IHSG Terus Meroket, Betah Naik di Level 8.400
-
BI Bakal Hati-hati Kelola Utang Indonesia yang Tembus Rp 7.092 Triliun
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Usai CEO Ditangkap, OJK Pantau Ketat Tim Likuidasi Investree