- PT Pupuk Indonesia akan merevitalisasi pabrik pupuk tua, agar biaya produksinya bisa lebih efisien dan membuat harga pupuk lebih terjangkau.
- Dirut Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi mempersiapkan dana hingga Rp 54 triliun untuk meremajakan kembali pabrik-pabrik yang berusia lebih dari 30 tahun.
- Konsumsi gas per ton urea di pabrik lama jika dibandingkan dengan pabrik baru, ia menerangkan, setara dengan penghematan biaya produksi sekitar Rp 1,5 triliun per tahun.
Suara.com - PT Pupuk Indonesia (Persero) akan merevitalisasi pabrik pupuk tua, agar biaya produksinya bisa lebih efisien atau tidak terjadi pemborosan. Ini disampaikan Sekretaris Perusahaan Pupuk Indonesia Yehezkiel Adiperwira, dalam kunjungannya ke Kabupaten Karawang, Jabar, Kamis (6/11/2025).
Sebelumnya Dirut Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi mengungkapkan pihaknya mempersiapkan dana hingga Rp 54 triliun untuk meremajakan kembali pabrik-pabrik yang berusia lebih dari 30 tahun.
Sementara Yehezkiel menjabarkan efisiensi yang diharapkan dari revitalisasi pabrik pupuk tua untuk rasio konsumsi energi ke arah standar atau rata-rata dunia.
"Jadi, kalau efisiensi itu memang bagaimana kita menekan rasio konsumsi energi. Jadi, rasio konsumsi energi ini kan punya standar secara dunia. Kita mau memastikan bahwa rasio konsumsi energi di Pupuk Indonesia Group itu bisa mendekati dari rata-rata di dunia di kisaran 24 MMBTU (Million British Thermal Units) per ton," kata Yehezkiel.
Disebutkan, saat ini pihaknya sedang berjalan pembaruan pabrik tertua PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) dan proyek revitalisasi Pabrik Pusri IIIB untuk menggantikan Pusri III dan IV yang sudah tidak efisien dalam penggunaan energi.
Proyek Pusri IIIB ini dimulai pada Desember 2023 dan ditargetkan selesai dalam waktu 40 bulan, dengan estimasi beroperasi penuh pada tahun 2027.
Butuh Dana Rp 54 Triliun
Dirut Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi pada akhir September lalu menjelaskan pabrik-pabrik pupuk tua akan direvitalisasi dengan membangun pabrik baru dan merombak peralatan yang sudah tidak efisien.
Langkah tersebut, terang dia, memungkinkan Pupuk Indonesia menekan biaya produksi sehingga harga pupuk subsidi dan non subsidi bagi petani tetap terjangkau.
Baca Juga: Sosok Rahmad Pribadi: Dari Harvard Hingga Kini Bos Pupuk Indonesia
”Kami sudah lama tidak melakukan pembangunan pabrik. Untuk merevitalisasi itu butuh Rp 54 triliun, tapi tetap akan kami lakukan,” beber Rahmad.
Contohnya, lanjut Rahmad, delapan dari 15 pabrik urea sudah beroperasi lebih dari 30 tahun.
Konsumsi gas per ton urea di pabrik lama jika dibandingkan dengan pabrik baru, ia menerangkan, setara dengan penghematan biaya produksi sekitar Rp 1,5 triliun per tahun.
Efisiensi ini akan mampu menurunkan biaya produksi, sekaligus memungkinkan Pupuk Indonesia menyediakan pupuk dengan harga lebih terjangkau bagi petani.
Berita Terkait
-
Harga Pupuk Subsidi Turun, Menko Pangan Apresiasi Pupuk Indonesia
-
Tantangan Sektor Pangan Kian Kompleks, Dirut PT Pupuk Indonesia: Inovasi Jadi Kunci
-
HET Pupuk Subsidi Turun, Dirut Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi Dukung Langkah Bersejarah Pemerintah
-
Bangun Pabrik Soda Ash Pertama, Dirut Pupuk Indonesia: Impian Tiga Dekade Lalu Akhirnya Terwujud
-
Pupuk Indonesia Groundbreaking Pabrik Soda Ash Pertama, Siap Hemat Devisa Rp1,25 Triliun Per Tahun
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
Terkini
-
Menteri Bahlil Kebut 18 Proyek Hilirisasi Energi, Target 2026 Jalan
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Bank Indonesia Siaga Jaga Rupiah, Pelemahan Bersifat Temporer
-
Industri Pindar Lokal Cari Pendanaan Investor ke Hong Kong
-
LPS : Program Penjaminan Polis, Instrumen Penting Tingkatkan Kepercayaan Publik
-
Kebutuhan Asuransi Makin Penting, Allianz Life Syariah Raup 120 Ribu Nasabah
-
Stockbit Error Sejak Pagi, Publik Ancam Pindah Platform Hingga Lapor YLKI
-
HIPMI Soroti Dugaan Tekanan Kelompok Kepentingan di Industri Tekstil
-
Rupiah Loyo di Tengah Kuatnya Dolar AS, RUU Redenominasi Jadi Sorotan
-
IHSG Masih Menghijau Pagi Ini di Awal Sesi, Rawan Aksi Profit Taking