- OJK memberikan atensi pada undisbursed loan sebesar Rp2.509,4 triliun per November 2025, dilihat sebagai peluang pertumbuhan.
- Tingginya kredit menganggur menunjukkan ruang ekspansi besar bagi usaha saat kepercayaan ekonomi membaik.
- Penyebab kredit belum terserap meliputi permintaan belum kuat, strategi wait and see, dan suku bunga turun lambat.
Suara.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan atensi khusus terhadap tumpukan dana pinjaman yang telah disetujui namun belum ditarik oleh debitur atau dikenal dengan istilah undisbursed loan.
Hingga November 2025, nilai kredit menganggur di industri perbankan nasional tercatat menyentuh angka fantastis, yakni sebesar Rp2.509,4 triliun.
Meskipun angka ini tergolong besar—mencapai 23,18 persen dari total plafon kredit yang tersedia—OJK memandangnya sebagai peluang strategis.
Ketersediaan dana siap pakai ini dinilai sebagai "cadangan kekuatan" yang dapat memicu lonjakan pertumbuhan sektor riil di masa mendatang.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menjelaskan bahwa tingginya angka undisbursed loan mencerminkan masih adanya ruang gerak yang sangat luas bagi para pelaku usaha untuk melakukan ekspansi.
Komitmen pembiayaan yang besar dari perbankan ini menjadi jaminan bahwa ketika kepercayaan dunia usaha pulih sepenuhnya, likuiditas untuk menggerakkan roda ekonomi sudah tersedia.
"Dengan adanya komitmen kredit atau pembiayaan yang besar tersebut, terdapat potensi peningkatan realisasi kredit di masa mendatang, sehingga dalam hal kondisi ekonomi membaik dan kepercayaan pelaku usaha meningkat, maka pencairan kredit dapat meningkat dan mendorong pertumbuhan sektor riil," ungkap Dian dalam keterangan resminya.
Dian memproyeksikan bahwa angka kredit menganggur ini akan mulai melandai atau mengalami moderasi seiring dengan penyesuaian strategi bisnis perbankan ke arah yang lebih produktif.
Optimisme OJK didorong oleh beberapa indikator ekonomi makro yang menunjukkan tren positif menjelang pergantian tahun. Beberapa faktor utama yang diprediksi akan mempercepat pencairan kredit meliputi:
Baca Juga: OJK Rilis Daftar 'Whitelist' Platform Kripto Berizin untuk Keamanan Transaksi
Perbaikan Indeks Manufaktur: PMI Manufaktur Indonesia pada November 2025 tercatat ekspansif di level 53,50, melonjak dibandingkan posisi Oktober yang berada di angka 51,20.
Kebijakan Moneter: Adanya tren penurunan suku bunga pinjaman serta transmisi kebijakan moneter yang kian efektif.
Investasi dan Belanja: Akselerasi belanja pemerintah di akhir tahun serta peningkatan investasi dari sektor swasta.
Jika momentum peningkatan aktivitas ekonomi ini terjaga, OJK meyakini permintaan terhadap kredit perbankan akan melonjak drastis, yang pada akhirnya memberikan efek multiplier terhadap konsumsi rumah tangga dan investasi nasional.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) memberikan perspektif tambahan mengenai penyebab masih besarnya dana yang mengendap di perbankan.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa permintaan kredit memang terindikasi belum menunjukkan kekuatan maksimal.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
-
Rupiah Bangkit Perlahan, Dolar AS Mulai Terpojok ke Level Rp16.760
-
2 Profesi Ini Paling Banyak Jadi Korban Penipuan di Industri Keuangan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
Terkini
-
DOOH, NINE dan INSP Resmi Lepas Gembok, Saham Bakrie Kena Suspend
-
Pernyataaan Trump Tekan Harga Minyak Dunia
-
Airlangga: Kesepakatan Tarif AS Hampir Rampung, PrabowoTrump Bakal Teken Perjanjian
-
Rupiah Bangkit Perlahan, Dolar AS Mulai Terpojok ke Level Rp16.760
-
Melantai di Bursa, Saham SUPA Meroket 93% dalam Tiga Hari Perdagangan
-
2 Profesi Ini Paling Banyak Jadi Korban Penipuan di Industri Keuangan
-
Kejar Target 300 Ribu Pengunjung, Begini Strategi Sarinah Dongkrak Pendapatan di Akhir Tahun
-
Harga Emas di Pegadaian Meroket! Efek Menjelang Tahun Baru?
-
Bank Permata Salurkan Pembiayaan Hijau Rp556 Miliar Sepanjang 2024
-
Bank Indonesia Bongkar Penyaluran Kredit Makin Seret, Apa Alasannya?