Bisnis / Energi
Rabu, 12 November 2025 | 17:03 WIB
Ilustrasi Pertambangan Emas PT Merdeka Gold Resource Tbk. (EMAS). [Dokumentasi EMAS].
Baca 10 detik
  • Industri pertambangan Indonesia memasuki era baru dengan fokus pada pemanfaatan AI dan otomasi guna mencapai efisiensi operasional yang lebih tinggi.
  • Masa depan industri didasarkan pada tiga pilar utama, meliputi data terintegrasi, penerapan AI, serta komitmen kuat pada praktik pertambangan berkelanjutan.
  • Pembaruan perangkat lunak tambang membawa integrasi kecerdasan buatan untuk meningkatkan akurasi dan kolaborasi tim eksplorasi serta produksi secara signifikan.

Suara.com - Industri pertambangan Indonesia mulai memasuki babak baru dengan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dan otomasi untuk meningkatkan efisiensi sekaligus memastikan praktik tambang yang lebih berkelanjutan.

Komitmen ini ditegaskan dalam Micromine User Conference (MUC) 2025, yang mempertemukan profesional geologi, insinyur tambang, dan regulator guna membahas masa depan pertambangan berbasis data dan teknologi.

Regional Manager Micromine APAC, Fransiskus Nugroho, menyoroti bahwa masa depan industri tambang Indonesia akan ditentukan oleh tiga pilar utama yakni, data yang terintegrasi dan real-time, pemanfaatan AI dan otomasi, serta komitmen terhadap praktik tambang yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.

"Software pertambangan kini bukan lagi sekadar alat bantu, melainkan otak operasional yang menghubungkan seluruh proses, dari eksplorasi hingga produksi," ujarnya seperti dikutip di Jakarta, Rabu (12/11/2025).

Ilustrasi AI atau Artificial Intelligence. (Freepik)

General Manager APAC Micromine, Adam Brew, menegaskan pentingnya inovasi teknologi dalam mendukung transformasi industri.

Ia mengungkapkan bahwa pembaruan perangkat lunak Micromine versi 2026 menghadirkan integrasi kecerdasan buatan untuk meningkatkan produktivitas dan kolaborasi.

"Di versi 2026, kami menghadirkan konektivitas dan kecerdasan buatan yang benar-benar mengubah cara tim tambang bekerja lebih cepat, lebih akurat, dan lebih kolaboratif," jelasnya.

Dari sisi pelaku industri, GM Exploration and Resources Development Group PT Merdeka Copper Gold Tbk, Arief Bastian, menyoroti evolusi pemodelan geologi dari era manual menuju era machine learning.

Menurutnya, integrasi data geologi, geofisika, dan geokimia menjadi kunci dalam membangun model geologi yang akurat dan adaptif.

Baca Juga: Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!

"Meski demikian, peran seorang geolog tetap dibutuhkan dalam era machine learning. Karena, geolog memegang peran fundamental dalam mengambil keputusan atas data yang diolah oleh machine learning," imbuhnya.

Sementara itu, Chairwoman MGEI, Rosalyn Wullandhary, menilai potensi besar mineral strategis seperti nikel, tembaga, dan emas tidak akan optimal tanpa pendekatan berbasis teknologi.

"Adopsi teknologi seperti AI, digital twin, dan hyperspectral imaging bisa mempercepat siklus eksplorasi dan memastikan nilai tambah nasional yang berkelanjutan," ungkapnya.

Rosalyn menjelaskan bahwa penggunaan teknologi AI yang telah dilatih dengan digital twin dan hyperspectral imaging dapat memangkas pekerjaan manual serta mempercepat produktivitas eksplorasi mineral.

Load More