Bisnis / Keuangan
Selasa, 02 Desember 2025 | 09:46 WIB
Ilustrasi uang rupiah. [Antara]
Baca 10 detik
  • Pada Selasa (2/12/2025), rupiah menguat 0,17% ke Rp16.635 per dolar AS, lebih baik dari penutupan hari sebelumnya.
  • Penguatan rupiah didorong faktor eksternal berupa ekspektasi pelonggaran The Fed menekan nilai dolar AS.
  • Faktor internal penguatan berasal dari ekspansi manufaktur Indonesia yang mencapai 53,3 pada November 2025.

Suara.com - Nilai tukar rupiah terus menguat pada pembukaan hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar Selasa (2/12/2025) dibuka di level Rp16.635 dolar Amerika Serikat (AS).

Alhasil, rupiah menguat 0,17 persen dibanding penutupan pada Senin yang berada di level Rp 16.663 per dolar AS.

Selain itu, beberapa mata uang Asia menunjukkan fluktuatif terhadap dolar.

Peso Filipina mencatat penguatan terbesar yakni 0,30 persen, disusul rupiah yang menguat 0,20 persen. Lalu, ringgit Malaysia yang menguat 0,03 persen.

Sedangkan mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS pagi ini. Baht Thailand melemah 0,14 persen, won Korea melemah 0,10 persen.

Diikuti yen Jepang melemah 0,09 persen, yuan China melemah 0,05 persen, dolar Hong Kong melemah 0,02 persen dan dolar Taiwan melemah 0,003 persen terhadap dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia ada di 99,41, tak berubah dari sehari sebelumnya yang juga ada di level 99,41.

Ilustrasi mata uang asing. [Pixabay]

Analis mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi, menyatakan nilai tukar rupiah menguat dipengaruhi faktor eksternal dan internal.

Dari sisi ekternal disebabkan oleh perubahan tajam ekspektasi pelonggaran The Fed dan laporan bahwa penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett muncul sebagai kandidat terdepan untuk menjadi Ketua The Fed berikutnya telah menekan dolar, yang pada hari Jumat mencatat minggu terburuknya dalam empat bulan.

Baca Juga: Rupiah Cuma Menguat Sejengkal, tapi Tetap Lebih Perkasa dari Dolar AS

"Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan, ada kemungkinan besar Presiden Donald Trump akan mengumumkan pilihannya sebelum Natal," katanya.

Selain itu, fokus pasar pada data PMI Manufaktur ISM AS, yang diperkirakan akan sedikit menurun menjadi 48,6 pada bulan November dari 48,7 pada bulan Oktober, kemudian data ISM sektor Jasa untuk bulan November, Produksi Industri, Perubahan Ketenagakerjaan ADP, dan Klaim Pengangguran Awal untuk pekan yang berakhir pada 29 November lalu.

Sedangkan dalam negeri disebabkan oleh laporan terbaru S&P Global, menyebut kondisi ekspansi bulan ini didorong oleh kenaikan volume output dan merupakan pertumbuhan pesanan baru tercepat sejak Agustus 2023.

"Data menunjukkan bahwa perbaikan permintaan didorong oleh pasar domestik, karena pesanan ekspor baru turun pada laju yang cukup kuat. Perbaikan kondisi permintaan secara umum juga memacu meningkatnya kebutuhan tenaga kerja dan aktivitas pembelian," imbuhnya.

Selain itu, aktivitas manufaktur Indonesia kembali menunjukkan ekspansi berturut dalam 4 bulan terakhir.

PMI manufaktur Indonesia pada November 2025 berada di level 53,3 atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya 51,2.

Load More