- Kemenkeu melalui Dirjen Febrio Kacaribu menyatakan ekonomi Indonesia mempertahankan momentum positif hingga akhir 2025.
- Indikator utama positif meliputi PMI Manufaktur ekspansif, inflasi terkendali, dan neraca perdagangan surplus besar.
- Neraca perdagangan surplus mencapai \$35,9 Miliar hingga Oktober 2025 didorong kuat oleh ekspor nonmigas.
Suara.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengatakan kalau perekonomian Indonesia terus mempertahankan momentum positif jelang akhir tahun 2025.
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu menyebut kalau itu terlihat dari beberapa indikator seperti Purchasing Managers Index Manufaktur atau PMI Manufaktur yang ekspansif, surplus neraca perdagangan, hingga inflasi yang tetap terjaga. Ini juga didukung kuatnya permintaan domestik.
"Kita terus memperkuat pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan yang terarah, termasuk stimulus kuartal IV/2025, sekaligus mendorong ekspor yang bernilai tambah dan menjaga ketahanan sektor padat karya untuk mengoptimalkan kontribusi pada ekonomi nasional,” ujar Febrio dalam keterangannya, Selasa (2/12/2025).
Dalam laporannya, aktivitas manufaktur Indonesia menunjukkan penguatan selama empat bulan terakhir dengan PMI Manufaktur Indonesia tercatat ekspansif pada November 2025 di level 53,3.
Peningkatan signifikan atas permintaan domestik menjadi faktor pendorong utama yang turut mendukung peningkatan produksi, penyerapan tenaga kerja, dan aktivitas pembelian menjelang akhir tahun.
Selain itu, beberapa negara mitra dagang utama Indonesia juga mencatatkan ekspansi seperti India (57,4) dan Amerika Serikat (51,9). Begitu pula negara-negara ASEAN menunjukkan penguatan aktivitas industri seperti Thailand (56,8), Vietnam (53,8), dan Malaysia (50,1).
"Ekspansi di negara mitra dagang utama mengindikasikan peningkatan momentum permintaan yang berpotensi mendukung kinerja ekspor Indonesia ke depan," beber dia.
Adapun kinerja perdagangan Indonesia hingga Oktober 2025 menunjukkan fondasi ekonomi yang kuat dan optimis. Febrio menyebut, Neraca Perdagangan mencatatkan surplus impresif sebesar 35,9 miliar Dolar AS atau tumbuh sebesar 44,1 persen (ctc) sepanjang periode Januari–Oktober 2025. Faktor utamanya disumbang oleh surplus sektor nonmigas senilai 51,5 miliar Dolar AS.
Lalu total nilai ekspor Indonesia secara kumulatif mencapai 234,0 miliar Dolar AS, naik 7,0 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Ini didorong peningkatan signifikan ekspor nonmigas sebesar 8,4 persen.
Baca Juga: Indonesia Bisa Jadi Negara Maju? Ini Syarat dari Menkeu Purbaya
Optimisme ini diperkuat oleh pertumbuhan sektor-sektor kunci, di mana ekspor nonmigas hasil industri pengolahan naik 15,8 persen dan ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan melonjak 28,6 persen.
Peningkatan impor barang modal sebesar 18,7 persen selama periode yang sama juga dinilai Febrio menjadi sinyal positif akan perluasan kapasitas produksi dan investasi yang berkelanjutan.
"Dengan capaian ini, Indonesia kian menunjukkan ketahanan sektor eksternalnya dan peran yang semakin strategis dalam perdagangan global," jelasnya.
Tag
Berita Terkait
-
Indonesia Bisa Jadi Negara Maju? Ini Syarat dari Menkeu Purbaya
-
Gubernur BI : Tiga Kunci Ini Bisa Bikin Indonesia Meroket di 2026, Apa Saja?
-
Purbaya Sebut Indonesia Bisa Ganti Presiden 2026 usai Demo-Ekonomi Hancur
-
Rupiah Tertekan? Mengupas Strategi Pro-Growth Menkeu Purbaya Bersama Mirae Asset
-
Pemerintah Yakin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2026 di Atas 5,4 Persen
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- 7 Rekomendasi Motor Paling Tangguh Terjang Banjir, Andalan saat Musim Hujan
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- Ke Mana Saja Rp26 Triliun Dana Transfer Pusat Mengalir di Sulawesi Selatan?
Pilihan
-
6 Mobil Turbo Bekas untuk Performa Buas di Bawah Rp 250 Juta, Cocok untuk Pecinta Kecepatan
-
OPEC Tahan Produksi, Harga Minyak Dunia Tetap Kokoh di Pasar Asia
-
Menteri UMKM Sebut Produk Tak Bermerek Lebih Berbahaya dari Thrifting: Tak Terlihat tapi Mendominasi
-
Telkom Siapkan Anak Usaha Terbarunya infraNexia, Targetkan Selesai pada 2026
-
Ironi di Kandang Sendiri: UMKM Wajib Sertifikasi Lengkap, Barang China Masuk Bebas?
Terkini
-
IHSG Cetak Rekor Lagi ke Level 8.600, Simak Saham-saham yang Cuan
-
Banyak Perusahaan Dunia Adopsi AI, Indonesia Baru 47% dalam Setahun
-
12 Tower Transmisi Rusak, Bahlil Kebut Pasokan Listrik Aceh Kembali Normal
-
Akses Darurat BBM, Ini Nomor Telepon Khusus Pertamina untuk 3 Provinsi
-
Kecerdasan Buatan Ternyata Bisa Buat Listrik Lebih Efisien, Begini Mekanismenya
-
Incar Dana Rp 5 Triliun, Bank Mandiri Terbitkan Obligasi Berkelanjutan Tahap I
-
Bahlil Ingatkan Perusahaan Harus Berpedoman Wawasan Lingkungan dalam Kelola Pertambangan
-
Indonesia Bisa Jadi Negara Maju? Ini Syarat dari Menkeu Purbaya
-
Daftar Bahan Pangan yang Kebutuhannya Meningkat Imbas Program MBG
-
Mentan Klaim Tidak Ada Kekurangan Pangan di Wilayah Bencana Sumatera