Suara.com - Menjelang akhir tahun, topik mengenai Upah Minimum Provinsi (UMP) 2026 kembali memanas dan menjadi sorotan utama, baik di kalangan pekerja maupun pengusaha.
Meskipun batas waktu pengumuman penetapan UMP tahun anggaran baru semakin dekat, hingga memasuki awal Desember 2025, Pemerintah belum juga merilis secara resmi formula atau kebijakan final yang akan digunakan.
Kekosongan informasi resmi ini sontak memicu beragam spekulasi di ruang publik, terutama setelah beredar bocoran simulasi mengenai persentase kenaikan UMP.
Berdasarkan laporan terkini yang diterima, simulasi tersebut menampilkan rentang kenaikan yang cukup lebar, yaitu mulai dari yang paling rendah 2,8 persen, angka tengah 3,5 persen, hingga yang paling tinggi mencapai 7 persen.
Jelas, perbedaan persentase ini akan menghasilkan nominal UMP yang sangat timpang antara satu provinsi dengan provinsi lainnya.
Ketidakpastian ini diakui menyulitkan pihak pekerja. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Andi Gani Nena Wea, menyoroti bahwa belum adanya kepastian formula resmi telah menempatkan serikat pekerja dalam situasi dilematis.
Ia mengungkapkan bahwa informasi yang ia terima mengindikasikan adanya potensi disparitas atau ketidakseimbangan kenaikan yang ekstrem.
Perbedaan persentase kenaikan yang signifikan ini memunculkan pertanyaan besar mengenai keadilan dan kesesuaian kenaikan UMP dengan kondisi ekonomi serta biaya hidup yang berbeda di setiap daerah.
Prediksi Dampak Kenaikan 7% pada Daerah UMP Tertinggi
Baca Juga: Dampak Kebijakan Penyeragaman Kemasan Rokok Terhadap Buruh
Menariknya, persentase kenaikan tertinggi dalam simulasi yaitu 7% adalah angka yang signifikan dan seringkali menjadi tolok ukur harapan pekerja untuk menutupi inflasi.
Jika skenario kenaikan 7% ini benar-benar diterapkan, khususnya pada daerah yang saat ini sudah memiliki UMP tertinggi, maka nominal upah di daerah tersebut akan melonjak drastis, memperlebar jurang upah minimum dengan provinsi lain.
Lantas, daerah mana saja yang akan memimpin daftar UMP tertinggi jika skenario kenaikan 7% ini yang diterapkan? Berikut adalah prediksi 5 daerah yang akan mencapai nominal UMP tertinggi di Indonesia pada tahun 2026:
1. DKI Jakarta
Jika UMP 2025 DKI Jakarta (diperkirakan Rp5.396.761) naik 7%, maka UMP 2026 diprediksi mencapai Rp5.774.534.
2. Papua dan Provinsi Pemekaran
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
Terkini
-
Diresmikan Prabowo, Jembatan Ini Habiskan 10 Ribu Ton Semen
-
Akhir Tahun jadi Berkah Buat Industri Logistik
-
IHSG Turun Dibayangi The Fed, Ini Analisis Rekomendasi Saham Trading Jumat 12 Desember
-
CPNS 2026 Diutamakan untuk Fresh Graduate, Menpan-RB Ungkap Alasannya
-
Ancam Rumahkan 16 Ribu Pegawai Bea Cukai, Purbaya Sebut Perintah dari 'Bos Atas'
-
SHIP Tambah 1 Armada VLGC Perluas Pasar Pelayaran Migas Internasional
-
Mentan Amran Pastikan Pemerintah Tangani Penuh Pemulihan Lahan Pertanian Puso Akibat Bencana
-
Strategi Asabri Hindari Fraud dalam Pengelolaan Dana Pensiun
-
Bisnis Properti di Negara Tetangga Tertekan, Fenomena Pajak Bisa Jadi Pelajaran
-
Manuver Purbaya Tarik Bea Keluar Emas, Ini Efeknya Versi Ekonom UI