- Pemerintah menyampaikan optimisme kuat terhadap prospek ekonomi nasional.
- Dengan menargetkan pertumbuhan solid sebesar 5,4% pada tahun 2026.
- Angka ini ditetapkan sebagai langkah strategis dalam mencapai visi pertumbuhan jangka panjang Indonesia hingga menembus angka 8%.
Suara.com - Pemerintah menyampaikan optimisme kuat terhadap prospek ekonomi nasional, menargetkan pertumbuhan solid sebesar 5,4% pada tahun 2026.
Angka ini ditetapkan sebagai langkah strategis dalam mencapai visi pertumbuhan jangka panjang Indonesia hingga menembus angka 8%. Optimisme ini didorong oleh penguatan fundamental domestik yang konsisten dan keberlanjutan agenda transformasi ekonomi.
Juru Bicara Kementerian Perekonomian, Haryo Limanseto, menegaskan bahwa pondasi ekonomi saat ini kokoh. Pemerintah mencatat kinerja investasi yang semakin solid, dengan realisasi mencapai Rp1.434 triliun atau tumbuh 13,9% secara tahunan (YoY) serta menyerap 1,95 juta tenaga kerja sepanjang tahun berjalan.
Pada kuartal III 2025, realisasi investasi juga meningkat signifikan hingga Rp434 triliun, melonjak 58% YoY. Pemerintah menilai pertumbuhan tersebut didorong oleh strategi hilirisasi industri dan percepatan pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
“Kita fokus pada pengembangan hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah, termasuk penguatan ekosistem kendaraan listrik,” ujar Haryo di Jakarta, Kamis (11/12/2025).
Pemerintah mencatat sektor hilirisasi memberikan dampak nyata, terutama pada komoditas nikel. Ekspor nikel dan produk turunannya melonjak dari USD 3,3 miliar menjadi USD 33,9 miliar, atau naik sepuluh kali lipat dalam beberapa tahun terakhir.
“Lonjakan ini membuktikan bahwa hilirisasi mampu menciptakan nilai tambah besar bagi perekonomian nasional,” tegasnya.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2026 berada di kisaran 5,2%. Menurutnya, ketahanan ekonomi Indonesia relatif kuat karena ditopang konsumsi domestik yang dominan, sehingga risiko resesi tetap rendah.
Ia menilai sinergi kebijakan fiskal dan moneter menjadi faktor penting untuk menjaga momentum pemulihan, terutama di tengah potensi penurunan BI-Rate yang dapat memberikan ruang lebih besar bagi peningkatan investasi.
Baca Juga: Apa Itu Uang Kartal? Kenali Contoh dan Bedanya dengan Uang Fiat
Meski demikian, Josua mengingatkan bahwa risiko global tetap perlu diantisipasi, seperti fluktuasi harga komoditas, kebijakan tarif perdagangan AS, serta pelemahan permintaan dunia.
“Digitalisasi dan ekonomi hijau menjadi peluang ekspansi baru, tetapi pemerintah tetap harus menjaga konsumsi dan mempercepat investasi strategis,” jelas Josua.
Senada dengan Josua, ekonom senior Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2026 akan berada di atas 5%, namun menekankan pentingnya kehati-hatian dalam menjaga kualitas pertumbuhan.
Dirinya menekankan, hilirisasi disebut sebagai tahap awal dalam strategi pembangunan industri nasional. Setelah berhasil mendorong nilai tambah melalui hilirisasi berbasis komoditas, Indonesia perlu memasuki fase selanjutnya, yakni mengembangkan industrialisasi baik di sisi upstream maupun downstream. Meskipun sektor tambang kerap menjadi low-hanging fruit karena cepat memberikan hasil, ketergantungan pada satu sektor tidak cukup untuk menciptakan fondasi ekonomi yang tangguh. Untuk itu, pemerintah dan pelaku industri dinilai perlu mulai melakukan diversifikasi sektor investasi sebagai bagian dari upaya staging away menuju transformasi ekonomi yang lebih berkelanjutan.
“Hilirisasi adalah titik mula, bukan tujuan akhir. Kita harus naik kelas dengan membangun industri upstream dan downstream secara seimbang agar ekonomi tidak hanya bergantung pada komoditas tambang,” ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya strategi diversifikasi investasi. “Kita perlu mulai bergeser ke sektor-sektor yang lebih berkelanjutan dan berdaya saing, sehingga transformasi ekonomi tidak berhenti di hilirisasi saja,” kata Fithra.
Optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 didukung oleh kombinasi fundamental ekonomi yang kuat, reformasi struktural jangka panjang, serta kesiapan menghadapi tantangan global. Pemerintah bersama seluruh pemangku kepentingan terus bekerja memastikan agar pertumbuhan tetap inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
-
Sepanjang Semester I 2025, Perusahaan BUMN Lakukan Pemborosan Berjamaah Senilai Rp63,75 Triliun
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
Terkini
-
Emiten DAYA Bidik Penjualan Tinggi di Tanggal Kembar Akhir Tahun
-
Sentimen The Fed Buat Rupiah Gagah Hari ini di Level Rp 16.663
-
Analis Ungkap Dampak Penghapusan SLIK Terhadap Perbankan Maupun Perekonomian
-
RI Masih Bergantung Impor BBM dari Afrika Hingga Timur Tengah
-
Sinyal CPNS 2026 Kembali Dibuka, Formasi Ini Diprediksi Butuh Banyak Pelamar ASN
-
Mentan Amran Kembali Lepas 153 Truk Bantuan Banjir Sumatra
-
TP Indonesia Luncurkan TP.ai FAB, Tunjukkan Arah Baru Integrasi AI dalam Transformasi Bisnis
-
Apa Itu Uang Kartal? Kenali Contoh dan Bedanya dengan Uang Fiat
-
Profil Terra Drone: Perusahaan Drone Hingga Pemetaan Lahan Sawit, Siapa Pemiliknya?
-
Donald Trump Mau 'Cawe-cawe' The Fed: Jangan Mematikan Pertumbuhan!