Suara.com - Bayern Munich pada Sabtu (6/2/2021) dibuat berang setelah penerbangan mereka menuju Qatar untuk Piala Dunia Antarklub tertunda selama tujuh jam ketika bandara Berlin menolak memberikan izin terbang pesawat yang mereka tumpangi karena larangan terbang lewat tengah malam.
Bandara internasional ibukota Jerman itu tidak mengizinkan penerbangan antara tengah malam hingga pukul 05:00 waktu setempat karena suara bising dari pesawat, namun Bayern mengatakan pesawat mereka siap take-off beberapa menit sebelum tengah malam.
Juara liga Jerman itu harus menunggu sebelum jam 07:00 pagi sebelum take-off.
"Kami merasa dipermainkan," kata CEO Bayern Karl-Heinz Rummenigge seperti dikutip harian Bild.
"Mereka yang bertanggung jawab tidak tahu apa yang mereka telah lakukan terhadap tim kami."
Bayern, yang akan menghadapi Al Ahly dari Mesir di babak semifinal pada Senin (9/2/2021), harus memainkan laga Jumat petang mereka melawan Hertha Berlin setengah jam lebih awal dari jadwal semula sehingga mereka memiliki waktu untuk terbang sebelum tengah malam.
"Setelah malam pesawat kru juga harus berganti sehingga pesawat itu harus berhenti di Munich. Pesawat terbang menuju Doha pada 09:15," demikian pernyataan resmi Bayern seperti dikutip Reuters.
Kementerian infrastruktur dan perencanaan negara bagian Brandenburg, di mana bandara itu berlokasi, menyatakan, "Permintaan izin terbang untuk penerbangan QR7402 diterima pada tengah malam, pada 00:03 kepada menara kontrol penerbangan udara Jerman (DFS)."
"DFS kemudian mengikuti larangan terbang malam di bandara internasional Berlin yang tidak memberikan izin tersebut."
Baca Juga: Al Ahly Tantang Bayern Munich di Semifinal Piala Dunia Antarklub
"Permintaan diajukan kemudian untuk izin khusus take off, dan sehingga membebaskannya dari larangan terbang malam, tidak bisa diberikan."
"Izin khusus dalam kasus individu diberikan ketika ada kepentingan umum yang mendesak bagi penerbangan itu agar dijalankan atau penerbangan tersebut diperlukan untuk melindungi keamanan dan ketertiban publik," demikian pernyataan kementerian tersebut. (Antara)
Berita Terkait
-
Cetak 100 Gol dalam 104 Laga, Harry Kane Lewati Rekor Cristiano Ronaldo dan Erling Haaland
-
Harry Kane Selangkah Lagi Pecahkan Rekor Gol Cristiano Ronaldo dan Erling Haaland
-
Cole Palmer Kritik Rekan Setim Usai Chelsea Kalah dari Bayern Munich
-
Respon Berkelas Harry Kane Dikatain Gila oleh Michael Owen
-
Pengakuan Mengejutkan Antony, Pilih Real Betis Meski Diincar Raksasa Bundesliga
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Persita Tangerang Kalahkan Persib Bandung dengan Skor 2-1
-
Bos JDT Curiga Ada Pihak Luar yang Buat Malaysia Dihukum FIFA
-
Pengamat Malaysia Anggap Hukuman FIFA Lebih Besar dari Skandal Suap 1994
-
Joehari Ayub Mundur, Satu Bulan Kemudian FAM Disanksi FIFA, Sudah Tahu Ada yang Tidak Beres?
-
Ranking FIFA Timnas Indonesia Bisa Tembus 110 Besar Jika Lakukan Ini pada Oktober
-
3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
-
Ucapan Blunder Facundo Garces Kembali Jadi Sorotan usai Malaysia Disanksi FIFA
-
Kontrak Segera Habis, Masa Depan Kim Sang-sik di Timnas Vietnam Jadi Sorotan
-
Timnas Indonesia Bisa Manfaatkan Satu Celah Fatal di Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Kisah Timor Leste saat Palsukan Dokumen seperti Malaysia, Sanksinya Sangat Berat