- Luca Toni bukan bakat muda, namun jadi legenda lewat kerja keras dan konsistensi.
- Puncak karier: top skor Eropa, juara dunia 2006, dan treble domestik bersama Bayern Munich.
- Di usia 38 tahun, ia mencetak sejarah sebagai Capocannoniere tertua Serie A.
Suara.com - Luca Toni bukanlah bintang yang bersinar sejak muda, tapi justru menjadi contoh sempurna tentang arti kerja keras, kesabaran, dan ketekunan di sepak bola modern.
Dalam karier yang membentang lebih dari dua dekade, Luca Toni menjelajahi 16 klub dan menembus puncak kejayaan sebagai salah satu penyerang paling mematikan dalam sejarah Italia.
Toni bukanlah bakat ajaib yang langsung bersinar di usia belasan.
Ia baru mencicipi Serie A pada usia 23 tahun bersama Vicenza, setelah menempuh perjalanan panjang di divisi bawah Italia.
Setelah semusim di Vicenza dan Brescia, di mana ia sempat bermain bersama legenda seperti Roberto Baggio dan Pep Guardiola, cedera sempat menghambat kariernya. Tapi Toni tidak menyerah.
Ia turun kasta ke Serie B bersama Palermo, dan langkah itu terbukti menjadi titik balik.
Musim 2003/04, Toni mencetak 30 gol dan membawa Palermo promosi ke Serie A untuk pertama kalinya dalam 30 tahun.
Dua musim gemilang bersama klub berjuluk I Rosanero itu membuat Fiorentina membayar €10 juta untuk memboyongnya.
Di Florence, Toni menjelma jadi monster gol.
Baca Juga: Kena Marah Pelatih, Berapa Rating Jay Idzes saat Sassuolo Dihajar Genoa?
Musim 2005/06, ia mencetak 31 gol di Serie A, menjadi top skor Eropa dan orang Italia pertama yang memenangkan European Golden Shoe, prestasi yang terakhir dicapai 51 tahun sebelumnya.
Fiorentina pun kembali ke kompetisi Eropa berkat ketajamannya.
Gaya bermain Toni sederhana tapi mematikan, kuat, berani, dan selalu berada di tempat yang tepat.
Toni mungkin tak seanggun striker teknikal Italia lainnya, tapi tak ada yang lebih ganas di depan gawang.
Setiap umpan silang ke “zona berbahaya” selalu berpotensi jadi gol jika ada Toni di sana.
Kehebatannya berbuah panggilan ke tim nasional. Pada Piala Dunia 2006, Toni menjadi pilar utama Italia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
Terkini
-
Pemain Persib Bandung Federico Barba Dilaporkan Sepakat Gabung Klub Italia
-
Bukan Januari! Media Italia Bongkar Waktu Sebenarnya AC Milan Datangkan Jay Idzes
-
Rekor John Herdman Lebih Mentereng dari Shin Tae-yong, Bisa Katrol Ranking FIFA Timnas Indonesia?
-
Pelatih PSIM Yogyakarta Jean-Paul van Gastel Keluhkan Laga Tanpa Penonton Melawan Persijap Jepara
-
Cedera Serius, Alexander Isak Alami Patah Tulang Fibula
-
Hina Merah Putih di London, Bonnie Blue Pernah Jadi Sponsor Klub Liga Inggris tapi Berujung Pahit
-
Duel Panas Persib Bandung vs Persija Berpotensi Dipimpin Wasit Jepang
-
Viral Lecehkan Merah Putih, Terungkap Bonnie Blue Pernah Diseret Keluar Stadion Klub Premier League
-
Timnas Futsal Bersinar di SEA Games 2025, Ketum FFI Ogah Dibenturkan dengan Sepak Bola
-
Gelandang Timnas Jepang Gabung Bali United