Suara.com - Komika Pandji Pragiwaksono sempat mengutarakan keresahannya tentang budaya korupsi, yang bahkan sudah sampai ke lembaga pendidikan seperti sekolah dan kampus.
Praktek kecurangan, disebut Pandji, berakar dari kepala sekolah dan rektor yang ingin merintis karier politik mereka.
Cerita Pandji, yang diklaim bersumber dari para aktivits pendidikan, turut dibenarkan sutradara Joko Anwar yang pernah mendengar cerita serupa.
"Sekolah memang kantong-kantong dari budaya korupsi itu," tutur lelaki yang akrab disapa Jokan di kanal YouTube Pandji Pragiwaksono, Kamis (17/4/2025).
Cerita praktek kecurangan petinggi sebuah sekolah bermula saat Jokan mengundang para guru untuk ikut menyaksikan film Pengepungan di Bukit Duri garapannya.
"Gue inget, waktu kami mengundang beberapa stakeholder yang langsung berkaitan dengan isu yang ada dalam Pengepungan di Bukit Duri, termasuk para guru, kami undang untuk ikut menonton," kata Jokan mengawali kisahnya.
Ada seorang guru honorer dari daerah, yang mengaku pernah ikut diminta tanda tangan oleh kepala sekolah tempatnya mengajar untuk urusan pencairan dana.
"Ada salah satu guru dari daerah, dia ditempatkan di daerah, dia jadi guru honorer. Dua minggu setelah dia mengajar, dia diminta kepala sekolahnya untuk ikut korupsi," beber Jokan.
"Dia diminta tanda tanganin apa, sehingga nanti keluar dana yang katanya dipakai untuk kepentingan sekolah," lanjut lelaki yang juga menyutradarai film Pengabdi Setan itu.
Baca Juga: Review Film Pengepungan di Bukit Duri: Tamparan Emosional dan Jerit Sosial
Awalnya, sang guru honorer percaya saja. Ia berpikir sekolah memang mendapat bantuan pemerintah untuk pembenahan infrastruktur.
"Saat dia sampai di sekolah, dia melihat infrastruktur sekolah itu memang sudah sangat tidak layak untuk digunakan," jelas Jokan.
Kondisi finansial siswa yang sekolah di sana pun digambarkan sang guru honorer sebagai sesuatu yang memprihatinkan.
Ia bahkan sampai ikut membantu memenuhi kebutuhan siswa, meski bayaran guru honorer juga tidak besar.
"Dia, dengan uang Rp250 ribu itu, akhirnya memutuskan untuk ikut membantu siswa yang membutuhkan. Jadi, apakah dia butuh pakaian atau makanan segala macem," papar Jokan.
Setelah dananya cair, baru diketahui bahwa uang tersebut bukan dimanfaatkan untuk pembenahan infrastruktur sekolah, melainkan masuk ke kantong pribadi sang kepala sekolah. "Padahal, sebenernya itu untuk pribadi," kata Jokan.
Jokan pun sependapat dengan Pandji, bahwa budaya korupsi di Indonesia terlanjur mengakar kuat.
Sangat disayangkan oleh Jokan, bagaimana praktek kecurangan sudah menyebar sampai ke lembaga yang semestinya mencetak pribadi-pribadi yang punya integritas.
"Ini emang udah mendarah daging, bahkan sampai ke institusi yang seharusnya mencetak manusia-manusia yang bisa memiliki kapabilitas untuk menolak korupsi," keluh Jokan.
Isu sosial itu juga yang sebenarnya ikut melatarbelakangi penggarapan film Pengepungan di Bukit Duri, yang sudah mulai tayang di bioskop.
Sudah sejak lama, Jokan punya keresahan tentang rusaknya kualitas pendidikan Indonesia karena kegagalan pemerintah menghadirkan sekolah yang sesuai visi misi negara untuk mencerdaskan masyarakat.
"Sebenernya, film ini skenarionya tahun 2007 sudah selesai. Cerita Pengepungan di Bukit Duri ini pertama berbicara tentang pendidikan di Indonesia yang gagal menciptakan sekolah sebagai tempat belajar mengajar dan pembentukan karakter," papar Jokan.
Ada pula keresahan Jokan tentang lekatnya masyarakat Indonesia dengan budaya kekerasan dari terciptanya film Pengepungan di Bukit Duri.
"Kedua, film ini membahas kedekatan Indonesia dengan budaya kekerasan, termasuk anak-anak mudanya," terang Jokan.
Terakhir, praktek korupsi di lingkungan pendidikan tentu tak luput juga dari pengamatan Jokan selaku sineas.
"Ketiga, impilkasi dari sistem pendidikan yang gagal ini menimbulkan banyak sekali budaya negatif di Indonesia, ya termasuk korupsi juga," ucap Jokan.
Berita Terkait
-
Profil Annas Mustaqim, Calon Hakim Agung yang Kecam KPK Karena Ungkap Tersangka Korupsi
-
Ustaz Khalid Basalamah Terseret Korupsi Kuota Haji, Ngaku Jadi Korban Ibnu Mas'ud, Kok Bisa?
-
Video Massa Demo Diduga Geruduk Rumah Presiden Nepal, Foto Wajahnya Langsung Dilempar ke Lantai
-
Lobi-Lobi Maut Asosiasi Travel Mainkan Kuota Haji di Kemenag, Patok Harga Ribuan Dolar per Jemaah
-
Travel Muhibbah Punya Siapa? Disebut Ustaz Khalid Basalamah yang Mengaku Korban Kasus Kuota Haji
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Diduga Depresi, Rumah Britney Spears Berantakan hingga Dipenuhi Kotoran Anjing
-
Deva Mahenra Sering 'Selingkuh' di Film, Mikha Tambayong Takut Jadi Kenyataan?
-
Palestina Terus Diserang, Mark Ruffalo dan Ratusan Pekerja Film Hollywood Boikot Israel
-
Sinopsis The Long Walk, Film Bertahan Hidup Dalam Kompetisi Mematikan
-
5 Film Wakili Indonesia di Oscar, Terbaru Sore: Istri dari Masa Depan
-
Kenapa The Exit 8 Wajib Ditonton? Film Horor Jepang Paling Mencekam 2025
-
5 Fakta Film Pangku, Debut Reza Rahadian sebagai Sutradarayang Mendunia
-
Melanie Subono Semprot Wakil Ketua DPRD Jabar yang Keluhkan Tunjangan Rumah Rp71 Juta
-
Dari Film Yakin Nikah, Enzy Storia Ungkap Pelajaran Penting Sebelum Menikah dari Film
-
Steffi Zamora Bikin Geger, Pamer Baby Bump Bareng Nino Fernandez, Publik Kaget: Kapan Nikahnya?