Entertainment / Gosip
Minggu, 14 September 2025 | 09:13 WIB
Video pencapaian Presiden Prabowo Tayang di Bioskop sebelum film dimulai [Cahyo - Biro Pers Sekretariat Presiden]
Baca 10 detik
  • Video pencapaian Presiden Prabowo tayang sebelum film di bioskop, mengejutkan penonton.
  • Penayangan ini menuai kritik dan dianggap aneh, bahkan disamakan dengan propaganda.
  • Belum ada penjelasan resmi, publik mempertanyakan tujuan dan urgensi video tersebut.
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Suasana santai para penikmat film di berbagai bioskop Tanah Air selama beberapa Minggu terakhir mendadak berubah menjadi arena perbincangan hangat.

Pasalnya, sebelum lampu studio diredupkan dan film utama diputar, penonton kini disuguhi sebuah tontonan tak terduga yakni video yang menampilkan rangkaian aktivitas dan klaim keberhasilan Presiden Prabowo Subianto.

Fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya ini sontak menyita perhatian publik.

Sebuah video yang direkam secara diam-diam oleh seorang penonton di dalam bioskop dengan cepat menyebar dan menjadi viral di berbagai platform media sosial, memicu gelombang diskusi yang luas.

Dalam tayangan berdurasi pendek tersebut, penonton diperlihatkan kompilasi berbagai kegiatan Presiden Prabowo, mulai dari pertemuan kenegaraan hingga kunjungan kerja, yang dibingkai sebagai pencapaian positif dalam menjalankan roda pemerintahan.

Kemunculan video ini, yang disajikan layaknya bumper iklan atau trailer film, membuat banyak penonton terkejut dan bertanya-tanya.

Akun Instagram populer yang berfokus pada dunia perfilman, @catatanfilm, turut mengangkat fenomena ini.

Dalam unggahannya, akun tersebut mengonfirmasi keterkejutan para penonton yang merasa ini adalah sebuah anomali.

"Dari netizen yang beberapa hari ini sempat menonton film di bioskop, mereka kaget ada video rangkaian aktivitas dan pencapaian di masa pemerintahan Presiden Prabowo yang ditayangkan sebelum film dimulai," tulis akun @catatanfilm dalam keterangannya.

Baca Juga: Perang Interpretasi Janji Presiden Prabowo: Yusril Sebut 'Masuk Akal', Lukman Bilang 'Setuju'

Akun tersebut juga mempertanyakan kewajaran praktik ini dengan membandingkannya dengan pengalaman menonton di luar negeri.

Ilustrasi promo nonton bioskop (Photo by Krists Luhaers on Unsplash)

"Tentunya rasa kaget mereka tergolong wajar karena sebelumnya nggak ada video bumper seperti ini. Buat kalian yang mungkin pernah nonton di bioskop luar negeri, ada juga nggak sih hal kayak gini?" lanjutnya, membuka ruang diskusi bagi para pengikutnya.

Tak butuh waktu lama, unggahan tersebut dibanjiri ribuan komentar. Reaksi publik pun terbelah, namun mayoritas bernada skeptis dan kritis.

Warganet mempertanyakan urgensi dan tujuan dari penayangan video tersebut di ruang komersial seperti bioskop.

"Faedahnya apa?" tanya seorang warganet dengan singkat namun tajam.

Komentar lain menyoroti narasi yang dinilai sepihak. "FYI, udah 2 minggu ini, di video itu nampilin hal-hal positifnya beliau (walaupun sebenernya ada negatifnya)," ungkap seorang penonton yang mengaku sudah melihat video tersebut.

Kritik lebih jauh datang dari netizen yang merasa bahwa validasi semacam ini tidak diperlukan jika kinerja pemerintah memang benar-benar dirasakan publik.

"Betuuullll. Kemarin saya tonton, ada begitu. Cuma mau bilang, kalau memang bagus nggak perlu validasi," tulisnya.

Namun, komentar yang paling menyita perhatian adalah yang bernada sinis dan menyamakannya dengan praktik di negara otoriter.

"Simulasi menjadi Korea Utara," celetuk seorang warganet, sebuah komentar pedas yang banyak diamini oleh yang lain.

Bahkan, ada yang secara terang-terangan menyatakan keengganannya untuk kembali ke bioskop, "Makin malas buat datang ke bioskop," timpal lainnya.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak Istana Kepresidenan maupun jaringan bioskop terkait mengenai siapa yang menginisiasi dan apa tujuan dari penayangan video ini.

Fenomena ini pun meninggalkan pertanyaan besar: apakah ini merupakan bentuk komunikasi baru pemerintah, atau sebuah kampanye citra yang justru menjadi bumerang di mata publik?

Load More