Entertainment / Film
Minggu, 23 November 2025 | 19:00 WIB
Film Legenda Kelam Malin Kundang (YouTube/Come and See Pictures)
Baca 10 detik
  • Film “Legenda Kelam Malin Kundang” menghadirkan reinterpretasi gelap dan psikologis dari legenda klasik dengan fokus pada trauma keluarga, bukan sekadar dongeng kutukan.

  • Kekuatan utama film terletak pada ketegangan, scoring yang memukau, serta akting solid para pemain, terutama Rio Dewanto dan Vonny Anggraini.

  • Meski punya sedikit kekurangan pada pendalaman karakter ibu, film ini tetap tampil cerdas, intens, dan menarik bagi penggemar horor psikologis.

Suara.com - Jika mendengar kata "Malin Kundang", memori kita pasti langsung tertuju pada dongeng masa kecil tentang anak durhaka yang dikutuk menjadi batu di Pantai Air Manis. 

Namun, buang jauh-jauh ekspektasi sederhana itu saat menonton film terbaru besutan Come and See Pictures, "Legenda Kelam Malin Kundang".

Film ini bukan sekadar visualisasi dongeng pengantar tidur, melainkan sebuah psychological thriller yang menguliti trauma keluarga dengan cara yang brutal dan elegan. 

Bagi kamu penggemar horor yang menuntut mikir keras, film ini adalah santapan lezat. Berikut ulasan selengkapnya.

Sebelum masuk ke ulasan mendalam, mari kita bedah sedikit premisnya. Cerita berfokus pada Alif (Rio Dewanto), seorang seniman lukis mikro yang sukses namun tertutup.

Konferensi pers film Legenda Kelam Malin Kundang di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan pada Senin, 17 November 2025. [Suara.com/Tiara Rosana]

Kehidupannya yang tenang bersama sang istri, Nadine (Faradina Mufti), dan anak mereka, Emir (Jordan Omar), terguncang hebat setelah Alif mengalami kecelakaan mobil fatal. Insiden tersebut merenggut sebagian ingatan Alif. 

Di tengah proses pemulihan, Alif dikejutkan oleh kedatangan ibunya, Amak (Vonny Anggraini), dari kampung halaman setelah 18 tahun tanpa kabar. 

Masalahnya, Alif tidak mengenali perempuan tersebut. Meski ada rasa rindu, namun instingnya menolak. Alif mulai curiga bahwa perempuan tua yang tampak manis itu bukanlah ibunya, melainkan sosok asing dengan niat jahat.

Film ini diproduseri dan ditulis naskahnya oleh Joko Anwar, dengan kursi sutradara diduduki oleh duet Kevin Rahardjo & Rafki Hidayat. 

Baca Juga: Dapat 'Ilham dari Langit', Fedi Nuril Kembali Pakai Celak Mata di FFI 2025

Mengusung genre psychological horror, film yang dijadwalkan tayang serentak di bioskop Indonesia pada 27 November 2025 mendatang ini sudah menjadi perbincangan sejak penayangan perdananya.

Awal yang Menegangkan dan Scoring "Juara"

Sejak menit pertama layar dibuka, penonton tidak diberi napas. Adegan kecelakaan yang menimpa Alif dieksekusi dengan sangat intens, langsung mematok standar ketegangan yang tinggi. 

Awalnya, penonton mungkin mengira konflik utamanya "hanya" seputar Alif yang mengalami hilang ingatan jangka pendek (short-term memory loss). 

Namun, seiring durasi berjalan, lapisan misteri yang dikupas ternyata jauh lebih kompleks dari sekadar amnesia.

Salah satu elemen yang patut diacungi jempol adalah departemen suara. Scoring musik dari awal hingga akhir dirancang penuh ketegangan. 

Load More