Suara.com - Memiliki berat badan ideal bukanlah suatu hal yang mudah bagi presenter Ersa Mayori yang pengalaman menurunkan berat badannya termasuk harus rela makan ayam rebus tanpa garam.
"Rasanya ketika itu seperti makan sandal jepit, tapi karena sudah komitmen jadi harus dipaksa. Beruntung suami sangat memberikan dukungan dengan terus memotivasi," kata Ersa yang dijumpai seusai menjadi presenter acara peluncuran penelitian kesehatan Sun Life Finansial di Jakarta, Rabu (22/10/2014).
Echa, panggilan akrab Ersa mengatakan sempat mengalami kenaikan berat badan hingga 23 kilogram usai melahirkan anak pertama dan sekitar 17 kilogram setelah melahirkan anak kedua.
Tinggi badannya yang hanya 155 sentimeter membuat Ersa seharusnya memiliki berat badan ideal seberat 45 kilogram, sehingga dia terpaksa menahan diri membatasi konsumsi karbohidrat dan gula.
Selain untuk alasan kesehatan, Ersa mengakui bahwa program penurunan berat badan itu dijalaninya karena tuntutan pekerjaan sebagai artis.
Selain itu, kelebihan bobot badannya yang cukup banyak itu sempat membuatnya digoda oleh sang suami yang membandingkannya dengan kulkas dua pintu yang memuat makanan lebih banyak daripada kulkas biasa.
"Saya ingat betul, suami bilang saya seperti kulkas dua pintu, tinggal dibuka ke kanan dan ke kiri. Sebenarnya, omongan ini yang memotivasi saya," kata istri Otto Satria Jauhari itu.
Echa tidak menampik, kondisi fisik yang gemuk itu telah menggerus kepercayaan dirinya sehingga malas untuk berjumpa dengan banyak orang.
"Bayangkan saja, untuk ke ATM atau ke mini market saja saya tidak mau karena takut (disangka hamil dan) ditanya kapan melahirkannya," ujar artis berusia 35 tahun ini.
Lantaran itu, Alumnus Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya ini kemudian membulatkan tekad untuk menurunkan berat badan dengan cara mengasup makanan sehat dan olahraga.
Olahraga yang dipilihnya adalah yoga dan pilates untuk mempercepat penurunan berat badannya namun ternyata kebiasaan berolahraga itu kemudian menjadi bagian dari rutinitas dan gaya hidup Ersa.
Tag
Berita Terkait
-
7 Potret Ersa Mayori Kuliah S2 di Usia 45 Tahun, Mulai Sibuk Bikin Tesis!
-
Ersa Mayori Curhat Baru Ambil Ijazah S1 Setelah 20 Tahun Lulus Kuliah, Netizen Jadi Terinspirasi
-
Telat 20 Tahun, Ersa Mayori Bahagia Akhirnya Bisa Ambil Ijazah S1
-
Lulus Kuliah 20 Tahun yang Lalu, Ersa Mayori Bahagia Baru Menerima Ijazahnya
-
8 Potret Awet Muda Ersa Mayori di Usia 44 Tahun, Glowing Maksimal!
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis