Suara.com - Autisme adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa, sehingga anak mengalami kelainan perkembangan mental.
Nah, anak yang mengalami kelainan perkembangan mental ini ditandai dengan ketidakmampuannya berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif.
Umumnya, mereka memiliki emosi yang tidak stabil terhadap sesuatu hal. Psikolog Meiske Y Suparman mengatakan bahwa terapi seni (art therapy) merupakan obat mujarab untuk menenangkan emosi para penyandang autisme.
"Tujuan art therapy itu sendiri untuk mengeluarkan emosi melalui karya seni yang menjadi minat mereka. Bisa melalui melukis, menyanyi, menari, disesuaikan dengan apa yang paling ia sukai," ujarnya pada acara "Pameran Seni Rupa Anak dan Remaja dengan Autisme" di Galeri Aprilia, Jumat, (7/11/2014).
Menurutnya, terapi seni merupakan suatu metode penyembuhan, namun menggunakan bantuan seni. Mengapa menggunakan seni sebagai alat? Menurut penelitian sebelumnya, kata Meiske, seni adalah kegiatan yang memberi kesenangan jiwa bagi pelakunya sendiri.
"Seni sebenarnya nggak hanya untuk penyandang autisme, kita juga kalau stres biasanya dengerin musik biar fresh. Mendengarkan musik juga salah satu terapi seni," imbuhnya.
Ini dimungkinkan karena anak-anak autis bukan tanpa potensi, mereka memiliki bakat dan kecakapan akademis yang bisa dikembangkan. Sebagai contoh, menurut Mieske, di luar potensi umum yang dimiliki, beberapa anak autis memiliki kecakapan atau kecenderungan khusus pada bidang numerical (angka).
Sedangkan lainnya, lanjutnya, memiliki kecenderungan auditif (pendengaran), tapi ada juga yang memiliki potensi di bidang visual (penglihatan). Dengan memahami karakteristik dan potensi tersebut, seorang terapis dapat menggali potensi yang terpendam pada penyandang autisme.
Melalui lukisan, misalnya, mereka mengungkapkan ekspresi yang ia rasakan sebagai bentuk komunikasi intrapersonal. Ini bisa dimafaatkan terapis untuk mengetahui apa yang tengah dipikirkan dan dirasakan oleh penyandang autisme.
Namun, keefektifan terapi seni sangat bergantung pada lingkungan. Jika orangtua, terapis dan sekitarnya mendukung dan memotivasi anak autis dalam mengembangkan bakat seninya, maka ia akan menonjol pada bidang tersebut dibanding teman-temanya yang tidak autis.
"Syaratnya lingkungan harus mendukung, seperti acara pameran ini. Karya dan bakat anak diapresiasi tentu mereka akan lebih semangat lagi dalam mengembangkan potensinya. Selain itu harus kontinyu, jangan setenga-setengah. Kalau perlu ibu harus belajar bagaimana memberikan terapi seni bagi anak," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Redmi 15C 5G Resmi, HP Murah Xiaomi dengan Kamera 50MP dan Baterai 6.000 mAh
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan