Suara.com - Sunat atau membuang sebagian kulit yang menutupi kepala penis memang bukan hal yang asing di Indonesia. Biasanya menjelang pubertas, anak laki-laki melakukan tindakan sunat sebagai salah satu perintah agama tertentu dan juga demi menjaga kesehatan organ seksualnya.
Namun pada anak yang bertubuh gemuk, biasanya sunat tak bisa langsung diberikan. Pasalnya, lemak yang menutupi bagian bawah perut atau sekitar penis kerap menyulitkan para dokter yang akan melakukan tindakan sunat.
Oleh karena itu, anak yang bertubuh gemuk biasanya akan disarankan menjalani diet untuk menepis timbunan lemak, atau mendapatkan terapi hormon.
"Tapi menguruskan badan kan tidak gampang, apalagi untuk anak-anak. Ketika orangtua sudah sebar undangan, tapi anak tidak jadi disunat kan malu. Ini banyak terjadi," kata dr Mahdian Nur Nasution, SpBS dari Rumah Sunatan Bekasi, belum lama ini.
Belum lagi masalah terapi hormon yang dinilai berbahaya untuk anak. Menurut Mahdian, terapi hormon pada anak bisa mempercepat proses pubertas anak. Akibatnya, anak sudah matang secara fisik tapi pikiran dan jiwanya masih kekanak-kanakan.
"Yang paling berbahaya lagi terapi testosteron dapat membuat tulang menutup lebih awal, karena testosteron berlawanan dengan hormon pertumbuhan. Anak jadi pendek. Belum lagi biayanya yang mahal," imbuhnya.
Padahal menurut Mahdian, anak yang gemuk tetap bisa mendapatkan tindakan sunat melalui teknik khusus tanpa perlu menunggu kurus atau mendapat terapi hormon.
"Jadi, kalau di Rumah Sunatan kita bisa memberikan layanan khitan khusus anak yang memiliki bobot tubuh berlebih. Yang berbeda dengan jenis sunat biasa pemotongan lebih banyak di mukosanya. Sehingga mencegah kepala penis menutup kembali," tambahnya.
Biasanya dokter akan dibantu oleh asisten untuk menekan bagian lemak di perut anak sehingga kepala penisnya menonjol. Pembiusan juga dilakukan dengan jarum kecil untuk mengurangi risiko pendarahan. Setelah sebagian kulit dibuang maka dokter menjahit lukanya dengan benang kecil berbahan chromic.
"Kalau anak biasa disunat hanya butuh 4-6 jahitan. Tetapi kalau anak gemuk bisa 20-30 jahitan simpul, karena kita harus hati-hati dan teliti saat menjahitnya," ungkap Mahdian.
Dengan teknik khusus ini anak bertubuh gemuk kini tak perlu menunggu lama untuk mendapatkan tindakan sunat. Pasalnya, tindakan yang keliru saat menyunat bisa saja memicu kulup kembali menutup dan mempengaruhi kehidupan seksual anak saat dewasa.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia