Suara.com - Untuk bisa menjadi orang yang siap dalam kegiatan akademik dan selalu mendapatkan hasil yang terbaik, seorang anak tak hanya diwajibkan untuk rajin dan belajar bersungguh-sungguh, tapi juga harus memiliki lingkungan yang positif dan kepercayaan diri yang kuat.
Nah, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Kepala Sekolah Australian Independent School (AIS) Indonesia, Brenton Hall memperkenalkan sebuah program pembelajaran yang fokusnya pada keseimbangan emosi dan sosial siswa, yang disebut Social and Emotional Thinking (SET).
"Di AIS sangat penting untuk mempersiapkan anak-anak menjadi warga negara dunia. Karenanya, harus ada beberapa hal yang dibutuhkan, ini meliputi toleransi, bekerjasama, saling tolong menolong, integritas, hingga kreatifl. Ini mirip seperti Gerakan Revolusi Mental yang kini digaungkan Jokowi saat dia menjadi presiden," ungkap dia dalam Media Workshop SET, di AIS Pejaten, Jakarta, Rabu (9/11/2016).
Senada dengan Brenton, Linzi Band, seorang pengajar SET di AIS mengatakan adalah hal yang penting bagi setiap anak memiliki kemampuan akademis dan non akademis yang baik. Semuanya, kata dia, dimulai ketika mereka bisa menangani emosi dan memiliki kepekaan sosial yang baik.
Ketika anak memiliki kesehatan emosional yang baik, lanjut Linzi, mereka juga bisa mencari jalan keluar yang lebih efektif ketika menemui tantangan atau kesulitan. Tak hanya itu, kata dia, hal ini juga bisa memperkuat hubungan anak dengan orang tua dan guru mereka, serta meningkatkan kepercayaan diri anak.
Agar bisa lebih efektif, menurut Linzi, anak juga harus diberi pemahaman bagaimana seharusnya bersikap dan berperilaku dalam menghadapi situasi dan kondisi yang berbeda-beda di lingkungan mereka.
"Anak atau remaja lebih suka berbicara soal masalah tanpa problem solvingnya. Di sini pentingnya emosional thinking. Mereka diajarkan untuk terus beradaptasi dengan lingkungan yang penuh keberagaman, seperti kondisi sosial ekonomi, perbedaan fisik, agama, budaya dan lainnya," jelasnya.
Beberapa topik yang dekat dan relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka juga harus sering didiskusikan, seperti mengenai budi pekerti, pemahaman diri sendiri dan orang lain, menghargai orang lain, pengendalian emosi, kepemimpinan hingga mengatasi kecanduan rokok maupun alkohol.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Rupiah Bangkit Perlahan, Dolar AS Mulai Terpojok ke Level Rp16.760
-
2 Profesi Ini Paling Banyak Jadi Korban Penipuan di Industri Keuangan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental