Suara.com - Pernahkan Anda mendengar pernyataan yang menyebutkan, mengonsumsi lebih banyak garam akan membuat Anda haus? Jika setuju dengan hal ini, studi terbaru oleh kosmonot Rusia berikut akan membuat Anda berpikir dua kali terhadap hal tersebut.
Jika Anda mengonsumsi banyak garam atau natrium klorida, Anda mungkin akan menjadi lebih haus dan karenanya Anda akan minum lebih banyak air.
Hal tersebut pada akhirnya akan mencairkan darah Anda untuk mempertahankan konsentrasi sodium yang cukup. Ini akan membuat Anda buang air kecil untuk mengeluarkan kelebihan garam dan air di dalam tubuh.
Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa teori ini mungkin benar-benar salah. Percobaan dilakukan melalui dua studi simulasi penerbangan jarak jauh di mana 10 lelaki sehat diberi tiga asupan garam, yakni 12, 9, atau 6 gram per hari, sambil menjaga asupan makanan lainnya tetap konstan.
Studi ini menyimpulkan bahwa makan lebih banyak garam membuat rasa haus dan lapar kosmonot justru berkurang.
Beberapa percobaan berikutnya juga dilakukan pada tikus yang menunjukkan bagaimana asupan garam lebih banyak ternyata dapat membakar lebih banyak kalori. Ini membuat mereka makan 25 persen lebih banyak untuk mempertahankan berat badan mereka.
Studi baru itu bertentangan dengan kebijaksanaan konvensional. Ini sebenarnya hasil sebuah pencarian yang dilakukan oleh ilmuwan Dr Jens Titze, yang sekarang menjadi spesialis ginjal di Jerman.
Studi serupa dilakukan pada tahun 2006 yang menyimpulkan, semakin banyak garam yang dikonsumsi kosmonot, semakin banyak pula garam yang dikeluarkannya.
Hal tersebut memastikan, kandungan natrium dalam darah tetap konstan bersamaan dengan meningkatnya volume urine. Tapi, seiring asupan garam meningkat, asupan airnya juga berkurang.
Jadi, pertanyaan yang tersisa adalah dari mana air yang diekskresikan datang? Setelah percobaan ini, Dr. Titze mempelajari tikus. Semakin banyak tikus mengonsumsi garam, semakin sedikit air yang mereka minum.
Namun, kebutuhan air mereka masih terpenuhi. Pasalnya, jika garam dala tubuh tinggi, hormon glukokortikoid akan meningkat, menghancurkan lemak dan otot dan membuat air yang bisa digunakan oleh tikus. Proses ini membutuhkan lebih banyak energi. Karena itu, tikus tersebut makan 25 persen lebih banyak daripada makanan biasa mereka.
Hasil penelitian ini menyimpulkan, jika tubuh Anda menghancurkan jaringan untuk menyeimbangkan asupan garam yang tinggi, hal itu bahkan dapat menyebabkan penurunan berat badan. Demikian seperti dilansir dari Times of India.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!