Suara.com - Ketua PB Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dr Irsan Hasan SpPD-KGEH mengingatkan agar mewaspadai penyakit perlemakan hati atau penumpukan lemak di organ hati pada orang bertubuh gemuk yang berpotensi memicu berbagai penyakit lainnya.
"Perlemakan hati salah satu sindrom metabolik. Sindrom kumpulan berbagai kelainan seperti diabetes, hipertensi, asam urat, kolesterol, dan salah satunya perlemakan hati. Biasanya, faktor risikonya terjadi pada orang dengan berat badan lebih," kata Irsan di Jakarta, Rabu.
Irsan memaparkan perlemakan hati bisa terjadi karena pola makan yang tidak seimbang dengan asupan yang lebih banyak mengandung lemak tinggi dan karbohidrat, serta konsumsi alkohol berlebih.
Selain asupan makanan, perlemakan hati juga kerap disebabkan dari pola hidup yang tidak sehat dengan sedikit aktivitas fisik.
"Penelitian dari Korea menyebutkan orang Indonesia merupakan yang paling sedikit jalan kakinya. Orang yang banyak duduk, banyak menderita perlemakan hati, karena menimbun lemak di tubuhnya. Makanya sering disebut penyakit orang makmur," kata Irsan.
Dia menjelaskan dulunya penyakit perlemakan hati dianggap sebagai penyakit orang-orang di negara maju. Namun faktanya penyakit tersebut juga banyak ditemukan di negara berkembang.
Irsan menyebutkan hasil penelitiannya yang dilakukan pada 1.000 orang dengan usia di atas 25 tahun di Kecamatan Sukmajaya Kota Depok Jawa Barat yang menunjukkan 30 persennya mengalami perlemakan hati.
Selain pada orang gemuk, penyakit perlemakan hati juga kerap diasosiasikan pada orang penderita diabetes.
"Di RSCM, orang-orang diabetes yang berobat, separuhnya mengalami perlemakan hati," kata Irsan yang juga merupakan dokter spesialis penyakit dalam di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Perlemakan hati merupakan salah satu faktor penyebab penyakit hepatitis yang tidak ditularkan melalui virus.
Irsan menyebutkan proyeksi di masa mendatang yang memperkirakan adanya perubahan faktor penyebab hepatitis yang saat ini lebih banyak disebabkan oleh virus menjadi lebih banyak disebabkan oleh perlemakan hati.
Prediksi tersebut didasarkan pada pengembangan vaksin dan obat untuk membunuh virus hepatitis, khususnya untuk hepatitis C yang sudah ada obatnya, dan perubahan gaya hidup masyarakat yang tidak sehat. [Antara]
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar