Suara.com - BNNP Jateng menemukan fenomena remaja mengonsumsi air rebusan pembalut sebagai pengganti narkotika. Para remaja mengonsumsi air rebusan itu karena ingin merasakan sensasi ngefly seperti mengonsumsi narkotika.
Tren oplosan murah demi menidapatkan efek narkotika memang kerap dilakoni para remaja masa kini hingga menyebabkan kematian. Banyak kreativitas mereka coba demi mabuk. Mulai dari mabuk lem, mencampur minuman energi dengan losion nyamuk, yang terbaru bahkan mabuk rebusan pembalut.
Menanggapi fenomena ini, Psikolog anak dan Remaja Erna Marina Kusuma M.Psi. C.Ft. menekankan perlunya ada pendidikan tentang kesehatan seks dan minuman keras.
"Kasus di mana mabuk remaja di jawa tengah yang tidak wajar ini perlu di perhatikan secara khusus. Karena hal itu melibatkan etika sosial, kebersihan, kesehatan dan kondisi psikologis para remaja tersebut. Para remaja sekarang tampaknya perlu di beri pendidikan di sekolah tentang seksualitas yang benar dan bagaimana menghargai, menghormati kondisi biologis mereka," seru Erna saat dihubungi Suara.com, Kamis (8/11/2018).
Pendidikan tentang kesadaran untuk menghabiskan energi dan rasa ingin tahu para remaja disebut Erna sangat perlu bimbingan khusus. Jika remaja tidak mendapatkan pengarahan maka mereka dapat hilang kontrol yang menghancurkan masa depan mereka sendiri.
Sikap protes remaja merasa benar sendiri juga sangat mempengaruhi remaja mengambil sikap tanpa berpikir panjang untuk apa ia melakukan mabuk dengan air rebusan pembalut.
"Sangat disarankan adanya pendidikan seks dan ketergantungan miras serta narkoba di sekolah untuk remaja. Penekanan dalam hal ini dapat membantu remaja berpikir positif sebelum nencoba hal yang aneh-aneh," ujarnya.
Erna menyoroti, menurutnya faktor ekonomi tidak berperan terhadap hal yang dilakukan para remaja tersebut.
"Kehidupan ekonomi lemah tidak bisa di jadikan alasan untuk melakukan hal yang tidak wajar karena banyak anak yang dari ekonomi lemah namun mampu berprestasi dan membangun masa depannya dengan lebih baik," lanjutnya.
Baca Juga: Tebal Berkas Tuntutan Zumi Zola Sebanyak 1.211 Lembar
Erna menyebut faktor keluarga dan sikap penerimaan lingkungan yang menjadi penyebab hal-hal negatif yang dilakukan para remaja.
"Remaja yang tidak mendapatkan penerimaan di lingkungan dan keluarga akan cenderung mencoba hal-hal aneh untuk menarik perhatian sekitar. Karena itu penting bagi orangtua dan lingkungan untuk menerima remaja tanpa menuntut secara berlebihan. Hal ini penting sebagai dasar membimbing remaja ke arah positif," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi