Suara.com - Bagi sebagian orang, perut buncit bukan suatu masalah. Mereka hanya menganggap bahwa perut buncit terjadi karena terlalu banyak makan tapi minim olahraga. Padahal, perut buncit bisa menjadi salah satu gejala dari kanker usus besar yang harus diwaspadai. Terlebih jika perut buncit disertai dengan kesulitan buang air besar.
Menurut dr. Eko Priatno, Sp.B(K)BD dari Bethsaida Hospital, meski pada stadium awal tidak menunjukkan gejala khas, kanker usus besar biasanya ditandai dengan perubahan saat buang air besar dan perut yang membesar karena dipenuhi tumor.
"Pasien sering tidak aware karena tidak ada gejala khas, makanya penting sekali check up. Tapi pada beberapa kasus memang ada perubahan BAB, misalnya sulit BAB atau justru diare. Kotorannya kecil seperti pensil atau BAB-nya berdarah, lalu nyeri. Kalau sudah terlambat atau sudah menyumbat usus, biasanya perut buncit, muntah, dan berat badan menurun drastis," ujar dia dalam temu media di Bethsaida Hospital, Serpong, Kamis (6/12/2018).
Sama seperti jenis kanker lainnya yang berawal dari polip, kanker usus besar juga diawali dengan benjolan kecil. Beberapa faktor seperti genetik dan pola makan tidak sehat bisa membuat polip yang sebelumnya jinak berubah menjadi ganas. Seringkali pada stadium awal, kanker usus besar tidak menunjukkan gejala sehingga deteksi dini bisa menjadi langkah pencegahan.
Beberapa deteksi dini kanker usus besar, kata dr. Eko, antara lain pemeriksaan dubur, kolonoskopi. Jika dicurigai tumor ganas, maka pasien diwajibkan menjalani pemeriksaan biopsi untuk memastikan adanya sel kanker atau bukan. Ketika positif kanker, maka pasien harus menjalani CT scan untuk mengetahui stadiumnya.
"Pencegahan yang terbaik adalah deteksi dini meski tidak bergejala. Jadi pada orang sehat bisa saat 50 tahun skrining. Tapi jika ada riwayat keluarga yang terkena kanker, maka sebaiknya usia 40 tahun sudah skrining darah samar pada feses atau kolonoskopi setiap 10 tahun," tambah dia.
Sementara untuk pencegahannya sendiri, dr. Eko mengimbau masyarakat untuk menjalani hidup sehat dengan membatasi konsumsi daging merah, berhenti merokok, konsumsi sayur dan buah secara teratur, dan berolahraga secara rutin.
"Saat ini banyak terjadi di usia muda karena gaya hidup. Banyak junk food segala macam, zaman dulu nggak ada. Jadi sekarang semakin banyak karena lifestyle," tandas dia.
Baca Juga: Usaha Kuliner Manado Ovi Sovianti, Dijamin Bikin Lidah Bergoyang
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
Pilihan
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
-
Menkeu Bakal Temui Pengusaha Rokok Bahas Cukai, Saham-saham 'Tembakau' Terbang
-
Jurus Menkeu 'Koboi' Bikin Pasar Cemas Sekaligus Sumringah
-
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Saham-saham Rokok Jadi Pendorong
Terkini
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis
-
72% Sikat Gigi Dua Kali Sehari, Kok Gigi Orang Indonesia Masih Bermasalah? Ini Kata Dokter!
-
Padel Court Pertama Hadir di Dalam Mal, Bawa Olahraga Jadi Makin Fun!
-
Nyaris Setengah Anak Indonesia Kekurangan Air Minum: Dampaknya ke Fokus dan Belajar
-
Event Lari Paling Seru! 8.500 Pelari Pulang Happy dengan Goodie Bag Eksklusif
-
Manfaat Donor Darah Kurang Maksimal Tanpa Peralatan Pendukung Terbaik