Suara.com - Lebih Berbahaya Ketimbang Asap Rokok, Jakarta Kini Darurat Polusi Udara.
Baru-baru ini, studi terbaru yang dilakukan Greenpeace dan IQAir menyebutkan bahwa Jakarta tergolong kota dengan polusi udara tertinggi di Asia Tenggara.
Dalam studi itu ditemukan bahwa konsentrasi rata-rata tahunan PM2.5 (partikulat matter 2.5) masuk kategori sangat buruk. Konsentrasi PM2.5 di Jakarta Selatan 42.2 µg/m3 dan Jakarta Pusat mencapai 37.5 µg/m3.
Tentu saja hasil studi ini mengkhawatirkan, apalagi didukung temuan lainnya yang menyebut bahwa polusi udara lebih mematikan dibandingkan asap rokok.
Mengutip Nypost, studi yang dilakukan tim dari Universitas Medical Center Mainz di Jerman menemukan bahwa polusi udara menyebabkan lebih banyak kematian daripada merokok sebesar dua kali lipat.
Diterbitkan di European Heart Journal, laporan itu menemukan bahwa 8,8 juta orang meninggal karena polusi udara pada 2015, meskipun perkiraan sebelumnya hanya memproyeksikan 4,5 juta kematian.
"Untuk menempatkan ini ke dalam perspektif, ini berarti bahwa polusi udara menyebabkan lebih banyak kematian daripada merokok tembakau. Apalagi merokok dapat dihindari tetapi polusi udara tidak," ujar Profesor Thomas Münzel dari Departemen Kardiologi Universitas Medical Center Mainz di Jerman.
Profesor Thomas mengatakan jumlah kematian akibat penyakit kardiovaskular yang dapat dikaitkan dengan polusi udara jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan. Di Eropa saja, jumlah kematian akibat polusi udara mencapai hampir 800.000 kasus per tahun.
"Jelas bahwa polusi udara dapat memicu penyakit kardiovaskular dan penyakit pernapasan," kata Münzel.
Baca Juga: Berkat Petugas KA, Ibu Ini Bisa Kunjungi Anaknya di RS Setiap Hari
Dia menambahkan bahwa polusi udara dapat meningkatkan stres oksidatif sehingga merusak pembuluh darah, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan tekanan darah, diabetes, stroke, serangan jantung dan gagal jantung.
Dalam penelitian mereka, Münzel dan rekan-rekannya menemukan polusi udara menyebabkan dua kali lebih banyak kematian akibat penyakit kardiovaskular daripada penyakit pernapasan.
Para peneliti menggunakan model yang mensimulasikan proses kimia atmosfer dan bagaimana mereka berinteraksi dengan sumber-sumber alami dan buatan manusia seperti pembangkit energi, industri, lalu lintas dan pertanian.
Mereka menggunakan data dari model itu dan menghubungkannya dengan tingkat paparan global dan kematian. Mereka juga membandingkan data itu dengan informasi tentang kepadatan populasi, lokasi geografis, usia, faktor risiko beberapa penyakit dan penyebab kematian dari WHO.
Secara global, mereka menemukan polusi udara menyebabkan 120 kematian tambahan setiap tahun per 100.000 orang. Di negara-negara Uni Eropa dan Eropa, presentasenya bahkan lebih tinggi.
Negara-negara Uni Eropa memiliki jumlah kasus 129 kematian tambahan per 100.000 orang dan di Eropa polusi udara menyebabkan 133 kematian tambahan per 100.000 orang.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 7 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Alpha Arbutin untuk Hilangkan Flek Hitam di Usia 40 Tahun
- 7 Pilihan Parfum HMNS Terbaik yang Wanginya Meninggalkan Jejak dan Awet
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
Terkini
-
K-Pilates Hadir di Jakarta: Saat Kebugaran, Kecantikan, dan Wellness Jadi Satu
-
Plak, Gusi Berdarah, Gigi Berlubang: Masalah Sehari-Hari yang Jadi Ancaman Nasional?
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
5 Inovasi Gym Modern: Tak Lagi Hanya Soal Bentuk Tubuh dan Otot, Tapi Juga Mental!
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025
-
Seberapa Kuat Daya Tahan Tubuh Manusia? Ini Kata Studi Terbaru
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Edukasi SADARI Agar Perempuan Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru