Suara.com - Beberapa perempuan memilih jalan untuk mengakhiri kehamilan mereka karena berbagai alasan. Namun sayangnya, di banyak negara, akses untuk aborsi aman tak semudah yang dipikirkan.
Hal tersebut membuat University of California melakukan sebuah penelitian. Mereka melihat dampak yang didapatkan setelah perempuan mengalami penolakan untuk mendapat akses aborsi aman.
Penelitian tersebut menunjukan, perempuan yang tidak diberi akses ke aborsi aman cenderung mengalami masalah kesehatan jangka panjang.
Mereka melaporkan perempuan cenderung memiliki tingkat rasa sakit kronis yang lebih tinggi selama lima tahun setelah mereka melakukan aborsi tak aman, dibandingkan perempuan yang diberikan kesempatan aborsi aman pada trimester pertama atau kedua mereka.
Para peneliti melacak kesehatan fisik yang dilaporkan oleh sekitar 900 perempuan yang pernah mencari layanan aborsi aman di seluruh Amerika Serikat (AS) antara 2008 dan 2010.
Secara keseluruhan, 328 perempuan melakukan aborsi di trimester pertama, 383 perempuan melakukan aborsi di trimester kedua, dan 163 perempuan ditolak melakukan aborsi.
Setiap peserta memberikan informasi tentang rasa sakit mereka, kondisi kronis, dan kesehatan secara keseluruhan ketika studi dimulai, dan dua kali setahun selama lima tahun ke depan.
Ketika penelitian pertama dimulai, 20 persen perempuan yang melakukan aborsi di trimester pertama menggambarkan kesehatan pra-kehamilan mereka sebagai sedang atau buruk.
Sebagai perbandingan, 17,5 persen dari mereka yang melakukan aborsi di trimester kedua dan sekitar 18 persen dari mereka yang ditolak aborsi mengatakan hal yang sama.
Baca Juga: Protes Undang-Undang Anti Aborsi AS, Gucci Rancang Gaun Bergambar Rahim
Setelah lima tahun masa tindak lanjut, sekitar 20 persen perempuan yang melakukan aborsi pada setiap tahap kehamilan melaporkan kesehatan mereka sebagai sedang atau buruk.
Namun, di antara perempuan yang ditolak aborsi dan kemudian melahirkan, persentase dari mereka yang mengatakan kesehatan mereka sedang atau buruk naik menjadi 27 persen.
Menurut para peneliti, perempuan yang akhirnya melahirkan melaporkan tingkat yang lebih tinggi dari kondisi kronis, termasuk sakit kepala, nyeri sendi, asma, dan kolesterol tinggi.
Sementara itu, dua dari perempuan yang ditolak aborsi, meninggal karena persalinan, yang menurut Lauren Ralph, sang peneliti studi, hal ini bisa dihindari jika perempuan tersebut memiliki akses ke perawatan kesehatan yang mereka cari.
"Studi kami menunjukkan bahwa melakukan aborsi aman tidak merusak kesehatan perempuan. Sebaliknya, kondisinya akan semakin buruk jika mereka ditolak untuk mendapatkan akses aborsi aman yang mereka cari," kata Ralph kepada majalah Time, seperti dilansir dari The Independent.
Di luar komplikasi kehamilan dan kelahiran, seperti pendarahan yang berlebihan, diabetes gestasional dan hipertensi gestasional, Ralph menambahkan bahwa implikasi finansial dan stres mungkin akan muncul akibat ditolaknya aborsi aman yang akan dapat berdampak negatif terhadap kesehatan seorang perempuan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional