Suara.com - Dalam dua dekade terakhir, berobat ke luar negeri, terutama ke Malaysia, Singapura dan belakangan ini ke Korea, telah menjadi salah satu tren tersendiri bagi warga Indonesia.
Alasannya beragam, ada yang ingin medical check-up, second opinion, operasi, atau bahkan untuk prosedur kecantikan.
Seiring dengan makin populernya tren berobat keluar negeri ini, ada beberapa mitos yang berkembang yang tidak sepenuhnya benar. Berikut 5 diantaranya beserta faktanya:
Biaya Berobatnya Lebih Mahal
Faktanya: Bisa iya bisa tidak.
Dikutip dari Medisata, perwakilan rumah sakit Malaysia dan Singapura, biaya berobat di Malaysia kurang lebih sama dengan di Indonesia. Lain cerita jika berobat di Singapura, biaya berobatnya bisa 3 kali lipat lebih mahal.
Kalau sudah tahu di Singapura mahal, mengapa tetap banyak saja orang Indonesia yang berobat ke sana? Ini masalah trust. Sebagian orang percaya bahwa Singapura lebih maju dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara dalam berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan.
Label inilah yang membuat orang tetap mau mengeluarkan biaya sekian kali lipat demi mendapatkan pengobatan terdepan.
Kalau Berobat ke Luar Negeri Pasti Sembuh!
Baca Juga: Ada Benjolan di Pita Suara, Raffi Ahmad Berencana Berobat ke Luar Negeri
Faktanya: Belum tentu.
Semua dokter di negara manapun memegang teguh prinsip untuk memberikan pelayanan yang terbaik agar pasien dapat sembuh lebih cepat. Dengan didukung teknologi medis yang lebih maju, seperti yang dimiliki rumah sakit di Malaysia dan Singapura, kemungkinan pasien bisa sembuh semakin tinggi. Tapi hal ini tidak menjamin 100% pasien bisa sembuh.
Ada faktor di luar kendali dokter, seperti apakah pasien mengikuti saran dari dokter atau tidak, makan obat teratur atau tidak, dan lain-lain.
Oleh karena itu, sembuhnya seorang pasien akan didukung baik oleh faktor dokter, teknologi, dan pasien itu sendiri.
Tidak Perlu Antri Untuk Ketemu Dokter
Faktanya: Tergantung rumah sakit yang dituju.
Hampir semua klinik dokter di Singapura menggunakan sistem appointment jadi pasien sudah diberikan jadwal pasti (hari dan jam nya) untuk ketemu dokter.
Sistem ini membuat pasien tidak perlu menunggu berjam-jam untuk bisa bertemu dokter. Cukup datang pada waktu yang sudah ditentukan, dokternya akan siap menemui pasien.
Sayangnya baru sebagian rumah sakit di Malaysia juga menggunakan sistem appointment seperti di Singapura, masih banyak yang menggunakan sistem first come first serve.
Sistem ini membuat pasien cenderung berlomba-lomba datang se pagi mungkin (bahkan ada yang antri dari jam 3 subuh), untuk dapat nomor antrian seawal mungkin supaya bisa bertemu dokter duluan.
Bagi pasien yang datang agak siang, sudah pasti dapat nomor antrian ‘buncit’. Kalau sudah begini, bisa tunggu cukup lama.
Wajib bisa Bahasa Inggris
Faktanya: Tidak perlu!
Seperti yang telah dijelaskan di atas, tren orang Indonesia berobat keluar negeri sudah berlangsung selama dua dekade terakhir, hal ini membuat rumah sakit baik di Malaysia dan Singapura ‘berbenah’.
Sebagian besar dokter dan staff rumah sakit di sana bisa Bahasa Indonesia atau setidaknya Melayu. Bahkan di beberapa rumah sakit di Singapura, mereka menyediakan penerjemah yang siap menemani Anda selama proses konsul agar tidak ada salah paham.
Namun, tetap ada baiknya jika pasien atau pendamping yang akan menemani bisa berbahasa Inggris agar tidak ada halangan selama perjalanan.
Lebih Praktis Bawa Uang Tunai ‘Segepok’ Saat Berobat Keluar Negeri
Faktanya: Ini cukup riskan.
Pasien harus extra hati-hati jika membawa uang dalam jumlah besar dalam perjalanan. Selain membawa tunai uang berobat, sebenarnya ada opsi lainnya misal menggunakan kartu kredit atau transfer lewat bank seperti Bank Mandiri Remittance yang bisa transfer uang dari Indonesia ke Malaysia dalam 1 hari atau Bank BCA Remittance yang bisa transfer uang dari Indonesia ke Malaysia dan Singapura juga dalam 1 hari.
Berobat keluar negeri merupakan satu opsi yang bisa dipertimbangkan. Tentunya dengan mengetahui fakta di atas, Anda bisa lebih bijak dalam menentukan pilihan.
Berita Terkait
Terpopuler
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
PSSI Protes AFC, Wasit Laga Timnas Indonesia di Ronde 4 Kok dari Timur Tengah?
Terkini
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online