Suara.com - Selain ISPA, Penyakit Lambung dan Dehidrasi Juga Ancam Nyawa Korban Kabut Asap
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) menjadi penyakit utama yang dikeluhkan korban kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan.
Namun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengingatkan bahwa ancaman kematian justru datang dari dua penyakit lain, yakni penyakit lambung gastroenteritis dan dehidrasi.
dr. Ahmad Yurianto, Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pusat Krisis Kesehatan, menyebut berkaca pada bencana serupa tahun 2015 lalu, anak-anak dan balita menjadi kelompok paling rentan mengalami kematian.
"Saat itu sebenarnya episode yang diawali kekeringan dan sulit dapat air bersih sehingga yang muncul gastroenteritis. Terlambat melakukan rujukan karena memang warga takut asap di luar sehingga kematian ada. Informasi yang ramai meninggal karena asap padahal bukan," ungkapnya, dikutip dari Sehatnegeri, Selasa (17/9/2019).
Berkaca dari pengalaman tersebut, ketersediaan air bersih menjadi penting. Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek menyebut penanggulangannya bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna.
Ia mengatakan bahwa Poltekkes sempat menciptakan teknologi tepat guna berupa penjernih air dan berhasil menjernihkan air gambut di Kalimantan.
"Kalau sudah musim kemarau yang utama itu air. Poltekkes sudah bisa menjernihkan air gambut, kecil alatnya," kata Menkes.
Selain itu, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Batam 4 tahun lalu juga membuat teknologi penjernih air agar bisa langsung minum. Teknologi tersebut dijadikan replika untuk daerah agar bisa mengembangkan sendiri.
Baca Juga: Dampak Kabut Asap, 100 Ribu Orang Kena ISPA di Kalimantan dan Sumatera
dr. Yuri menambahkan teknologi tepat guna lainnya adalah oksigen konsentrator. Tim Pusat Krisis Kesehatan sempat memantau Puskesmas Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, yang bermasalah karena kabut asap yang begitu pekat.
"Kita datangi, kita beri oksigen konsentrator kemudian Puskesmasnya kita tutup pakai kain dakron. Tim Puskris mau mengecek lagi ke sana," tambah dr. Yuri.
Rencananya, tambah dr. Yuri, kalau oksigen konsentrator ini sesuatu yang bagus maka Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer dapat meminta Puskesmas untuk menggunakan oksigen konsentrator.
"Ke sini juga, kami mengirim (oksigen konsentrator) ke Riau," katanya.
Terkait teknologi tepat guna ini, Menkes Nila mengatakan bisa dijadikan contoh untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan akibat Karhutla.
"Ini bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya. Bisa kita gunakan untuk masyarakat. Jangan sampai kita telat lagi dalam pencegahan," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat