Suara.com - Berdasarkan sebuah penelitian besar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Cardiff, polusi udara secara signifikan dapat meningkatkan risiko kematian bayi di tahun pertama kehidupan mereka.
Menurut hasil penelitian pada bayi di Inggris dan Wales pada 2001 hingga 2012, bayi yang tinggal di daerah paling tercemar memiliki risiko 30% hingga 50% lebih besar meninggal pada usia satu tahun.
Peneliti menjelaskan partikel mikroskopis dari kendaraan bermotor dan industri yang terhirup akan masuk ke paru-paru serta aliran darah.
Dari sini, partikel tersebut dapat memicu penyakit jantung dan kanker paru-paru di kemudian hari. Serta infeksi paru-paru, seperti pneumonia.
Mereka juga menemukan tiga polutan udara masing-masing meningkatkan risiko kematian bayi.
Penyebab utamanya, melansir Daily Mail, adalah nitrogen dioksida (NO2), asap jelaga dari kendaraan bermotor atau partikel (PM10), dan sulfur dioksida (SO2).
NO2 dan PM10 sebangian besar dilepaskan dari kendaraan, sedangkan SO2 dihasilkan oleh bahan bakar fosil seperti batubara, minyak dan gas.
Tingkat rata-rata polutan di daerah yang tercemar adalah 34ug/m3 untuk NO2, 22ug/m3 untuk PM10 dan 6ug/m3 untuk SO2.
Padahal, WHO mengatakan tingkat tingkat aman udara adalah NO2 di bawah 40ug/m3, 20ug/m3 untuk PM10 dan di bawah 5ug/m3 untuk SO2.
Baca Juga: Kontroversial, Studi Ini Sebut Polusi Udara Bikin Orang Gangguan Jiwa
“Kami menemukan NO2, PM10 dan SO2 masing-masing berkaitan dengan kematian bayi dalam tingkat yang berbeda, dan kematian neonatal dan post-neonatal. Ini adalah temuan penting karena polutan diproduksi dan berasal dari sumber yang berbeda," kata Dr Sarah Kotecha, ketua tim penelitian ini.
Ia menambahkan, temuan ini menunjukkan masih adanya tantangan dalam mengurangi polusi udara untuk menekan jumlah kematian bayi di tengah kemajuan teknologi.
Berita Terkait
-
Isu Polusi Udara, Wamen Bima Arya Minta Pejabat Naik Transportasi Umum
-
Kebijakan Pengendalian Udara 20 Tahun Mati Suri, Investasi Ekonomi Terancam?
-
Telkom Gandeng Telkom University Luncurkan IAQMS Pantau Kualitas Udara Ruang Kerja
-
Asap Kebakaran Hutan Jadi Masalah Lintas Negara: Solusi Sudah Ada, Tapi Kenapa Diabaikan?
-
7 Cara Melindungi Kulit dan Rambut dari Polusi Udara, Wajib Rutin Keramas?
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini: Antam Naik Lagi Jadi Rp 2.338.000, UBS di Pegadaian Cetak Rekor!
-
Puluhan Siswa SD di Agam Diduga Keracunan MBG, Sekda: Dapurnya Sama!
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!