Suara.com - Apakah Anda sering marah dan merasa kesulitan mengontrol emosi, meski karena hal kecil? Marah sebenarnya adalah reaksi alami manusia, yang muncul ketika otak mengalami stres atau emosi yang intensif.
Jika tak ditangani dengan baik kemarahan tidak akan berujung baik. Misalnya, seseorang akan mulai menjauhi Anda yang justru akan membuat perasaan Anda semakin buruk.
Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah mencari tahu apa yang menyebabkan Anda marah sepanjang waktu. Dilansir dari thehealthsite, berikut beberapa alasan mengapa orang mudah marah.
1. Ketakutan
Kemarahan tidak selalu tanda marah tentang sesuatu, melainkan bisa juga merupakan ekspresi rasa takut.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal SAGE Publishing, seseorang akan menunjukkan kemarahan jika ada yang mengusik citra, keberadaan, dan egonya.
Orang tersebut juga bisa mengungkapkan ketakutannya melalui kemarahan, jika ia merasa khawatir tentang kesejahteraan seseorang yang dia pedulikan.
Anda bisa mengendalikan ketakutan dengan cara membicarakannya pada keluarga atau teman-teman.
2. Memiliki masa lalu yang traumatis
Baca Juga: Studi Ungkap Alasan di Balik Gangguan Kecemasan, Apa Itu?
Peristiwa traumatis seperti kekerasan, menyaksikan kematian brutal, kecelakaan, atau jika Anda mengalami masalah kesehatan yang serius, bisa menyebabkan gangguan stres pascatrauma.
Orang yang mengalami kondisi ini tidak dapat melupakan insiden traumatis di masa lalu yang dialaminya, hingga menyebabkan perasaan segala macam emosi termasuk kemarahan. Bahkan, setiap kali mereka berpikir tentang kejadian tersebut.
3. Merasa tak berdaya
Anda bisa merasa tidak berdaya jika tidak merasa hal-hal berjalan seperti yang Anda inginkan atau merasa tidak memiliki kendali atas apa yang Anda miliki, seperti menderita masalah kesehatan tertentu yang membuat Anda tidak bisa melakukan apapun untuk diri sendiri. Hal ini akan membuat Anda frustasi.
Kuncinya adalah menerima situasi tersebut dan mencoba menemukan perasaan berkuasa di tempat lain.
4. Mengalami gangguan kecemasan
Berita Terkait
-
Saat Like dan Views Jadi Penentu Harga Diri: Bagaimana Medsos Meracuni Otak Kita?
-
Bukan Cuma Soal Mandiri, Ini 5 Seni Menikmati Hidup Saat Tinggal Sendiri
-
Tergulung Doomscrolling, Ketika Layar Jadi Sumber Cemas
-
Ahli Ungkap Ada Faktor Disinformasi dan Manipulasi saat Rumah Sahroni hingga Uya Kuya Dijarah
-
Selalu Terlihat Bahagia, Ivan Gunawan Ternyata Sering Merasa Hampa: Capek Tapi Gak Ada Obatnya
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?