Suara.com - Belakangan, kisah tentang Layangan Putu viral dan menjadi perbincangan hangat di media sosial. Kisah ini semula dibagikan oleh akun Facebook Mommi Asf.
Kisah Layangan Putus ini menceritakan tentang sosok istri yang harus menghidupi 4 anaknya setelah suaminya selingkuh dengan wanita lain.
Penulis menceritakan kehidupan seorang istri yang dimadu oleh suaminya ini cukup dramatis hingga menarik perhatian pembaca di media sosial.
"Pun selama setahun setengah menjalani poligami, yang aku rasakan memang kakiku sudah sakit sebelah. Ibarat dalam sisi medis, saran terbaiknya adalah mengamputasi kaki yang sudah luka dan membusuk, sebelum menjalar menyakiti organ lainnya," tulisnya saat itu.
Sekarang ini kisah sedih, terutama mengenai perselingkuhan dan poligami memang sangat cepat mendapat perhatian publik. Biasanya warganet akan ikut bersedih dan turut membela korban melalui komentar mereka di media sosial.
Menurut psikolog klinis Kasandra Putranto, berbagai informasi, cerita maupun berita memang bisa memengaruhi emosi masyarakat, tidak hanya persoalan kisah sedih dan perselingkuhan. Emosi ini bisa berbentuk kemarahan hingga depresi.
Tanpa disadari pula, informasi apapun yang mengaduk emosi dapat menyebabkan reaksi tak terkendali dari warganet sebagai pembaca.
"Reaksi masyarakat menjadi tidak terkendali, ada yang stres, ada yang trauma, ada yang marah, ada yang ngamuk, ada yang membully," kata Kasandra pada Suara.com, Rabu (6/11/2019).
Begitu pula dampaknya ketika seseorang curhat atau menuliskan kisah sedih di media sosial.
Baca Juga: KPAI: Korban Ambruknya Atap Sekolah di Pasuruan Berhak Dapat Perlindungan
Situasi ini seharusnya bisa dijadikan pelajaran bagi semua orang ketika ingin membagikan cerita hidup atau mencurahkan isi hati di media sosial.
Apalagi jika cerita itu mengarah pada perilaku yang melanggar norma, kebiasaan atau menentang keyakinan masyarakat.
Sehingga cerita itu akan lebih cepat mendapat respon publik dan menimbulkan reaksi yang tak terkendali.
"Pada kasus ini justru masyarakat harus diingatkan untuk menjaga lisan dan laku. Karena, kekuatan media sosial sekarang telah menjadi sangat luar biasa. The power of netizen mampu menguliti hidup seseorang, terutama jika salah langkah," terang Kasandra.
"Di sisi lain juga mampu membuat seseorang terkenal dalam waktu sekejap, baik karena prestasi maupun karena hal lain," tambahnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis