Suara.com - 3 Gangguan Kesehatan Mental yang Kerap Menyerang Lelaki
Gangguan mental adalah tantangan utama bagi setiap orang. Jadwal sibuk, tekanan kerja yang tidak diinginkan, tanggung jawab keluarga, peluang penghasilan terbatas, kerap menambah lebih banyak tekanan mental pada tingkat stres mereka.
Sangat menyedihkan jika lelaki terlihat cengeng dan dibuat merasa lemah dengan menunjukkan perasaan mereka, padahal mengungkapkan kesedihan itu berguna. Maka dari itu perasaan bersalah dan sedih yang dipendam kian menjadi ancaman gangguan mental pada lelaki kian semakin besar.
Para ahli kesehatan mental percaya bahwa lelaki lebih rentan terhadap penyakit mental. Forum Kesehatan menyatakan bahwa 4 dari 5 kasus bunuh diri dilakukan oleh lelaki, dan kematian lelaki di bawah 35 tahun menjadi penyumbang terbesar.
Memerangi penyakit mental membutuhkan ketangguhan, kekuatan, dan kemauan keras. Berikut jenis-jenis gangguan kesehatan mental pada lelaki yang dilansir dari Themindsjournal:
1. Depresi
Depresi mempengaruhi manusia lewat berbagai gejala. Ini mungkin termasuk kehilangan minat dan kenikmatan yang konsisten, suasana hati yang rendah, kesedihan berkepanjangan, kesulitan tidur, perasaan bersalah atau harga diri yang rendah dan kurangnya konsentrasi.
Ketidakseimbangan dalam salah satu bahan kimia otak bernama 'Serotonin' memainkan peran penting dalam munculnya gangguan seperti depresi. Depresi memainkan peran negatif dalam mengganggu kehidupan seseorang. Pikiran negatif terus muncul di dalam diri manusia yang memaksa mereka untuk mencoba bunuh diri juga.
2. Kecemasan
Baca Juga: Masturbasi Ternyata Dapat Tingkatkan Kesehatan Mental, Ini 4 Manfaatnya!
Gangguan mental seperti kecemasan umumnya ditemukan pada orang yang terkena depresi dan sebaliknya. Masalah ini muncul dari banyak faktor, termasuk kimia otak, genetika, dan peristiwa kehidupan yang memainkan peran penting dalam kehidupan seseorang.
3. Gangguan afektif bipolar
Gangguan kesehatan mental pada lelaki ini berakibat negatif pada episode manik dan depresi. Lebih dari 60 juta orang di bawah cengkeraman gangguan mental yang mematikan ini mengakibatkan suasana hati yang meningkat atau mudah marah, harga diri meningkat, hiperaktif, dan kurangnya keinginan untuk tidur.
Dukungan psikologis memainkan peran penting dalam membantu gangguan dan memberikan bantuan seumur hidup. Lebih baik untuk memahami gejala dan mendiagnosis masalah tepat waktu. [Aflaha Rizal]
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia