Suara.com - Bahaya Janin Terpapar Merkuri, Lahir Bermata Satu hingga Tanpa Batok Kepala.
Dalam kurun waktu dua tahun, sedikitnya ada enam bayi yang terlahir tidak normal di Mandailing Natal. Bayi-bayi itu diduga terpapar zat kimia berbahaya seperti merkuri pada saat masih janin.
Kasus bayi yang terlahir dengan kelainan atau anggota tubuhnya ada di luar kewajaran kembali terjadi di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Diduga bayi tersebut terpapar merkuri pada saat berada di dalam kandungan, karena sang ibu merupakan buruh di pertambangan emas rakyat.
Bayi tersebut lahir pada Senin 18 November 2019 tanpa batok kepala dan sebagian otak berada di luar dengan volume lebih besar dari biasanya.
Kejadian tersebut mengingatkan kembali pada kasus bayi yang mengidap cyclops syndrome atau biasa disebut cyclopia (bermata satu) pada 13 September 2018 di Rumah Sakit Umum Daerah Panyabungan, Mandailing Natal.
Dalam kurun waktu dua tahun sedikitnya ada enam bayi yang terlahir tidak normal di Mandailing Natal. Bayi-bayi itu diduga terpapar zat kimia berbahaya seperti merkuri pada saat masih janin. Diketahui wilayah Mandailing Natal banyak ditemukan pertambangan ilegal dan legal milik rakyat atau perseorangan. Dugaan itu paling tidak dikuatkan oleh surat edaran dari Bupati Mandailing Natal, Dahlan Hasan Nasution tentang pertambangan liar di wilayahnya.
Dalam isi surat itu tertulis bahwa ibu dari bayi yang lahir dengan otak berada di luar batok kepala sehari-hari bekerja sebagai buruh di kawasan tambang emas rakyat di Mandailing Natal. Saat hamil ibu dari bayi malang tersebut bekerja atau mengoperasikan mesin yang digunakan untuk memproses pemisahan bebatuan dengan biji emas yang telah dicampur zat kimia. Pada saat bekerja, perempuan tidak memakai sarung tangan. Singkat kata, bayi itu terpapar zat kimia berbahaya akibat mata pencaharian ibunya.
Tidak hanya itu menjadi kecemasan masyarakat Mandailing Natal. Merkuri yang digunakan dalam proses pertambangan emas mengalir ke selokan, parit, dan sungai. Padahal sungai kerap digunakan masyarakat sebagai sarana untuk mandi dan mencuci.
Kepala Dinas Kesehatan Mandailing Natal, Syarifuddin Lubis menuturkan kepada VOA, pihaknya telah mengimbau kepada masyarakat yang menggantungkan hidupnya di pertambangan emas tentang bahaya dari paparan merkuri. Namun, masih ada para pekerja di pertambangan emas enggan mengindahkan hal tersebut.
Baca Juga: Tes Kepribadian: Dari 4 Bayi Ini, Mana yang Menurut Anda Bayi Perempuan?
"Kami sudah mengimbau kepada masyarakat, dan menyampaikan ke seluruh puskesmas. Tapi masyarakat yang bekerja sebagai penambang liar tidak menggubrisnya. Kementerian Kesehatan sudah mengambil beberapa sampel beberapa hari yang lalu, dan hasilnya belum kami terima. Kita tunggu saja," ujar Syarifuddin, Selasa (19/11).
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumut, Dana Prima Tarigan mengatakan pertambangan emas di Mandailing Natal telah menjamur. Menurutnya, masih banyak pertambangan emas di wilayah itu yang masih menggunakan merkuri. Padahal sudah jelas bahwa merkuri sangat berbahaya terutama bagi wanita hamil.
"Banyak tambang yang tak memiliki izin dan milik pribadi. Kadang pemiliknya bukan masyarakat itu sendiri tapi ada pemodalnya dan membahayakan karena merkurinya tidak terkontrol dan dibuang begitu saja ke sungai. Ini dampak yang sudah kami peringatkan beberapa tahun lalu. Kalau tidak ada penindakan dan digunakan secara bebas, ini akan membahayakan lingkungan dan masyarakat sekitar," kata Dana seperti mengutip VOAIndonesia.
Sementara itu Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Djati Witjaksono Hadi mengatakan Direktorat Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) saat ini sedang memverifikasi kasus merkuri dari tambang emas yang diduga mencemari lingkungan.
"Saat ini dengan laporan itu dari direktorat jenderal yang menangani masalah merkuri sudah melakukan verifikasi ke sana. Tentang kebenaran itu disebabkan oleh karena terpapar penambangan atau tidak," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Sunscreen Terbaik untuk Flek Hitam Usia 50 Tahun, Atasi Garis Penuaan
- Sosok Profesor Kampus Singapura yang Sebut Pendidikan Gibran Cuma Setara Kelas 1 SMA
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
Pilihan
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
-
Istri Thom Haye Keram Perut, Jadi Korban Perlakuan Kasar Aparat Keamanan Arab Saudi di Stadion
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Kemera Terbaik, Mudah Tapi Bisa Diandalkan
-
Kontroversi Penalti Kedua Timnas Indonesia, Analis Media Arab Saudi Soroti Wasit
Terkini
-
9.351 Orang Dilatih untuk Selamatkan Nyawa Pasien Jantung, Pecahkan Rekor MURI
-
Edukasi PHBS: Langkah Kecil di Sekolah, Dampak Besar untuk Kesehatan Anak
-
BPA pada Galon Guna Ulang Bahaya bagi Balita, Ini yang Patut Diwaspadai Orangtua
-
Langsung Pasang KB Setelah Menikah, Bisa Bikin Susah Hamil? Ini Kata Dokter
-
Dana Desa Selamatkan Generasi? Kisah Sukses Keluarga SIGAP Atasi Stunting di Daerah
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha