Suara.com - Putra selebriti Cynthia Lamusu, Atharva Bimasena Saputra, didiagnosis menderita aggressive posterior retinopathy of prematurity (AP-ROP). Itulah sebabnya sejak usia 18 bulan putranya tersebut sudah harus mengenakan kacamata.
"Setelah divonis AP-ROP memang secara berkala periksa, pas di usia 18 bulan akhirnya baru terdeteksi dia memerlukan kacamata. Minusnya sembilan sama tujuh," tutur Cynthia, saat ditemui di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (21/12/2019).
Cynthia awalnya sempat menolak, tetapi akhirnya menyutujui setelah mengetahui konsekuensinya.
"Karena nggak pernah ada masalah. Jalan nggak nabrak atau apa, ngambil barang nggak pernah salah. Makanya pas awal dokter vonis itu sempat bingung. Cari second opinion dari dokter lain tapi ternyata hasilnya memang harus begitu (pakai kacamata)," sambungnya.
Berdasarkan Hello Sehat, retinopathy of prematurity (ROP) atau retinopati prematuritas merupakan gangguan mata yang memiliki potensi membutakan.
Kondisi ini umumnya dialami oleh bayi yang lahir prematur dengan berat sekitar 1250 gram atau kurang serta mereka yang lahir di bawah 31 minggu. Semakin kecil bayi tersebut lahir, semakin besar kemungkinan menderita ROP.
Namun, tidak semua bayi prematur akan mengalaminya. Gangguan mata ini dapat membaik dan tidak meninggalkan kerusakan permanen dalam kasus ROP ringan.
Pengobatan yang dinilai terbukti efektif untuk ROP adalah terapi laser atau krioterapi. Terapi laser ini berarti seolah membakar habis pinggiran retina yang memiliki pembuluh darah abnormal.
Baik pengobatan laser maupun krioterapi akan menghancurkan area pinggiran retina, memperlambat atau membalikkan pertumbuhan pembuluh darah tidak normal.
Baca Juga: Cynthia Lamusu Ungkap Anaknya Berisiko Buta, Apa Penyebabnya?
Sayangnya, pengobatan ini juga menghancurkan sebagian penglihatan bagian samping. Sebab, tujuan dari pengobatan ini adalah menyelamatkan bagian terpenting dari penglihatan, yaitu penglihatan pusat yang tajam.
Pengobatan laser maupun krioterapi hanya dilakukan pada bayi dengan ROP tingkat lanjut, terutama stadium III dengan penyakit tambahan atau komplikasi.
Namun, untuk pastinya, lebih baik berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatan yang tepat.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan