Suara.com - Rutin Makan Pare Bisa Cegah Penyakit Kanker, Mitos atau Fakta?
Hari Kanker Sedunia yang jatuh setiap 4 Februari membuat kesadaran tentang penyakit kanker meningkat, termasuk cara pencegahannya.
Beberapa waktu belakangan, muncul pesan broadcast hingga informasi di media sosial yang menyebut kanker bisa dicegah dengan rutin makan pare. Rasa pahit pahe disebut ampuh melawan sel-sel kanker sehingga tidak bermutasi di tubuh. Mitos atau fakta?
Ahli Hematologi Onkologi Medik dari RS Cipto Mangunkusumo, Dr. dr. Ikhwan Rinaldi Sp. PD-KHOM, tidak bisa membenarkan hal tersebut. Dikatakannya, klaim manfaat pare untuk mencegah kanker ini belum ada penelitian ilmiah yang dilakukan dengan jelas.
Ia hanya mendengar sepintas bahwa segala sesuatu yang pahit adalah obat, dan pare masuk dalam anggapan itu.
"Katanya segala yang pahit adalah obat, pare adalah yang paling pahit, sehingga obat. Bukan begitu menentukan sesuatu sebagai obat, nggak mudah loh,(menentukan sesuatu sebagai obat)," ujar Dr. Ikhwan beberapa waktu lalu di Jakarta.
Sudah dipastikan kanker adalah sel yang hidup dan bisa bisa berkembang dan tumbuh. Kata Dr. Ikhwan tidak etis jika melakukan pengobatan yang belum terbukti kebenarannya terhadap sesuatu yang terus berkembang.
"Kanker itu adalah sel hidup bernyawa seolah-seolah, jadi bisa tumbuh, bisa pergi ke mana-mana, apakah rasional melakukan pengobatan untuk sesuatu yang hidup dengan sesuatu yang belom pasti," paparnya.
Lantas bagaimana jika pengobatan tradisional disatukan dengan pengobatan medis kedokteran?
Baca Juga: Gerhana Matahari Cincin Berbahaya Bagi Ibu Hamil, Mitos atau Fakta?
Sebenarnya kata Dr. Ikhwan itu tidak jadi masalah, tapi yang dikhawatirkan kita akan bingung menilai mana pengobatan yang paling efektif. Syukur-syukur jika berefek menyembuhkan, tapi jika efeknya memperburuk, lalu obat mana yang bertanggung jawab, kita tidak bisa tahu.
"Kemoterapi sambil pengobatan yang lain boleh, boleh aja, tapi apakah menjamin kalau dia kemo terus obat itu (tradisional) siapa yang bilang sembuh. Kalau sembuh siapa yang dibilang karena obat atau kemo?," terang Dr. Ikhwan.
"Ya mustinya dengan perumpamaan ini dikasih ini, dikasih ini, juga siapa yang paling berperan kalau ada efek yang berat, efek ini atau efek ini? Rasional itu yang harus dipikirkan," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Mobil Bekas yang Lebih Murah dari Innova dan Fitur Lebih Mewah
Pilihan
-
In This Economy: Banyolan Gen Z Hadapi Anomali Biaya Hidup di Sepanjang 2025
-
Ramalan Menkeu Purbaya soal IHSG Tembus 9.000 di Akhir Tahun Gagal Total
-
Tor Monitor! Ini Daftar Saham IPO Paling Gacor di 2025
-
Daftar Saham IPO Paling Boncos di 2025
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
Terkini
-
Pakar Ungkap Cara Memilih Popok Bayi yang Sesuai dengan Fase Pertumbuhannya
-
Waspada Super Flu Subclade K, Siapa Kelompok Paling Rentan? Ini Kata Ahli
-
Asam Urat Bisa Datang Diam-Diam, Ini Manfaat Susu Kambing Etawa untuk Pencegahan
-
Kesehatan Gigi Keluarga, Investasi Kecil dengan Dampak Besar
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang