Suara.com - Angka kasus infeksi pasien positif virus corona atau Covid-19 di Indonesia memang selalu bertambah dari hari ke hari. Per Selasa (31/3/2020) saja, total kasus positif mencapai 1.528. Sedangkan pasien meninggal sebanyak 136 jiwa.
Itu artinya, jika persentase angka kematian di Indonesia sebesar 8,9 persen, yakni dengan angka kematian dibagi total kasus positif, dikalikan 100 persen.
Hal itu pun membuat Indonesia berada di urutan kematian tertinggi kedua setelah Italia, yang mencapai 11,7 persen, dengan jumlah total kematian 12.428 dari total kasus positif sebanyak 188.524.
Lalu, apa yang menyebabkan tingkat kematian akibat Covid-19 di Indonesia begitu tinggi? Ketua Satgas Covid-19 Prof. dr. Zubairi Djoerban Sp.PD menjelaskannya.
Kasus Covid-19 di Indonesia seperti gunung es
Menurut Prof. Zubairi, ada beberapa alasan hal ini terjadi, khususnya karena pemerintah belum berhasil mengungkap semua kasus positif yang masih ada di tengah masyarakat. Seperti gunung es, yang terlihat di permukaan hanya sedikit, padahal jika didalami masih sangat banyak.
"Nah, yang meninggal pasti benar jumlahnya, yang terdiagnosis itu yang jumlahnya under estimate, bisa dikatakan mirip-mirip puncak gunung es. Jadi sebetulnya banyak banget, jadi misalnya meninggal 100, diagnosis 1000, jadi 10 persen," ujar Prof. Zubairi saat dihubungi Suara.com.
Presentase kematian belum mendekati kebenaran
Melihat angka kasus terdeteksi yang terbilang sedikit, ia meyakini jika presentase angka kematian belum pasti atau benar. Angka kebenaran, kata dia, baru didapat jika data yang terdiagnosis sudah mencapai 5000 kasus.
Baca Juga: Jadi Penyebab Warganya Mudik, Tiket Murah Lion Air Buat Walkot Padang Geram
"Artinya, belum bisa dibilang angka kematiannya tinggi, karena yang terdiagnosis masih kurang, dan datanya masih terlalu dikit terlalu kecil. Tapi beberapa hari kemudian, saya kira 1 sampai 2 minggu kemudian, waktu di bawahnya tinggi, katakanlah 1000 sampai 5000 kasus katakanlah, itu sudah mendekati kebenaran angka kematiannya," paparnya.
"Kalau misalnya yang terdiagnosis 5000, maka angka kematian kan di bagi 5000 dikali 100 persen, maka jawabannya ada di situ, sekarang belum bisa menilai sekian persen," sambungnya.
Lambat dan sedikitnya alat deteksi di Indonesia
Belum lagi lambatnya alat pendeteksi atau pengetesan Covid-19 di Indonesia.
Profesor yang berpraktik di RS Kramat 128, Jakarta Pusat itu juga menyoroti pemeriksaan spesimen di Indonesia yang masih sedikit.
Tak jarang bahkan pemeriksaan harus dipotong 2 hari libur di akhir pekan Sabtu-Minggu, sehingga minimalnya membutuhkan waktu 6 hari untuk mendapatkan hasil.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
Pilihan
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
-
Pengusaha Sebut Ketidakpastian Penetapan UMP Bikin Investor Asing Kabur
Terkini
-
Stop Diet Ketat! Ini 3 Rahasia Metabolisme Kuat ala Pakar Kesehatan yang Jarang Diketahui
-
Indonesia Darurat Kesehatan Mental, Kasus Terbanyak: Depresi, Anxiety, dan Skizofrenia
-
Rekomendasi Vitamin untuk Daya Tahan Tubuh yang Mudah Ditemukan di Apotek
-
Horor! Sampah Plastik Kini Ditemukan di Rahim Ibu Hamil Indonesia, Apa Efeknya ke Janin?
-
Kebutuhan Penanganan Kanker dan Jantung Meningkat, Kini Ada RS Berstandar Global di Surabaya
-
Waspada Ibu Hamil Kurus! Plis Kenali Risikonya dan Cara Aman Menaikkan Berat Badan
-
9 Penyakit 'Calon Pandemi' yang Diwaspadai WHO, Salah Satunya Pernah Kita Hadapi
-
Kabar Baik Pengganti Transplantasi Jantung: Teknologi 'Heart Assist Device' Siap Hadir di Indonesia
-
Jennifer Coppen Ungkap Tantangan Rawat Kulit Sensitif Anaknya, Kini Lebih Selektif Pilih Skincare
-
Titiek Soeharto Klaim Ikan Laut Tidak Tercemar, Benarkah Demikian?