Suara.com - Antara 10 hingga 20 persen kasus virus corona baru di Amerika menyerang petugas kesehatan, meski mereka cenderung dirawat di rumah sakit pada tingkat yang lebih rendah daripada pasien lain, kata pemerintah pada Selasa (14/3/2020).
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan data nasional pertama tentang bagaimana pandemi ini menginfeksi dokter, perawat dan pekerja keehatan lainnya.
Menurut Anne Schuchat, wakil direktur utama di Agency for Toxic Substances and Disease Registry CDC, data tersebut adalah informasi baru yang penting tetapi tidak selalu mengejutkan.
Tidak hanya di Amerika saja, staf medis di negara lain juga sangat terpukul. Beberapa kabar mengatakan sekitar 10 persen kasus Covid-19 di Italia dan Spanyol adalah petugas kesehatan.
Dilansir dari ABC News, CDC melaporkan ada lebih dari 315.000 kasus di Amerika pada pertengahan minggu lalu. Laporan baru ini berfokus pada sekitar 49.000 orang yang datanya dimiliki peneliti apakah mereka bekerja dalam perawatan kesehatan atau tidak.
Hasilnya, sekitar 9.300 atau 19 persen dari mereka adalah pekerja medis profesional, termasuk kematian 27 kasus.
Namun, data itu bervariasi dalam seberapa lengkapnya. Di 12 negara bagian yang melakukan pekerjaan lebih baik melaporkan apakah pasien bekerja di bidang kedokteran, hasilnya tercatat 11 persen kasus terjadi pada petugas kesehatan.
Dibandingkan dengan kasus-kasus Amerika secara keseluruhan, proporsi yang lebih besar dari perawat kesehatan yang didiagnosis adalah perempuan, berkulit putih, dan tergolong orang dewasa muda atau setengah baya. Itu konsisten dengan demografi yang bekerja di perawatan kesehatan.
Berdasarkan Huffington Post, sekitar 10 persen dari petugas kesehatan dirawat di rumah sakit dengan gejala, dibandingkan dengan 21persen hingga 31persen dari keseluruhan kasus.
Baca Juga: Kehabisan APD, 50 Persen Petugas Kesehatan di Inggris Positif Covid-19
Lebih dari setengah kelompok petugas kesehatan yang terinfeksi mengatakan satu-satunya paparan virus yang diketahui adalah dari tempat kerja, tetapi peneliti mengatakan sulit untuk mengetahuinya secara pasti karena setiap orang berbeda dalam mendapatkan virus.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru