Suara.com - Setiap tahun, 17 Mei didedikasikan untuk Hari Hipertensi Sedunia. Tujuan diperingatinya hari ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat di seluruh dunia akan tingginya prevalensi penderita hipertensi secara global.
Dilansir WebMD, tim peneliti internasional mencatat banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi. Tidak hanya di negara berpenghasilan rendah, hal ini juga berlaku untuk negara kaya dan negara maju.
Terlepas dari ketersediaan obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah tinggi, ketidaksadaran ini justru membuat hipertensi mereka tidak dirawat dengan baik.
American Heart Association mencatat, tekanan darah tinggi sering disebut 'silent killer' atau pembunuh bisu. Sebab, sebagian besar waktu, hipertensi tidak memiliki gejala yang jelas.
Padahal, tekanan darah tinggi dapat berkembang perlahan dari waktu ke waktu. Meski tidak dapat disembuhkan, hipertensi dapat dikelola secara efektif dengan mengubah gaya hidup dan pengobatan.
"Obat-obatan penurun tekanan darah umumnya tidak mahal dan biasanya tersedia perawatan," kata Salim Yusuf, profesor kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster Michael G. DeGroote School of Medicine di Hamilton, Kanada.
Yusuf pernah mengadakan sebuah penelitian bersama timnya, bertujuan menghitung jumlah orang yang sadar akan kondisi mereka.
Penelitian dipimpin oleh Population Health Research Institute (PHRI) dari McMaster University dan Hamilton Health Sciences terhadap 154.000 orang dewasa berusia 35 hingga 70 tahun.
Peserta disebut tidak memiliki riwayat penyakit jantung atau stroke, berasal dari 17 negara dengan kekuatan ekonomi berbeda.
Baca Juga: Turunkan Tekanan Darah Tinggi Tanpa Obat? Makan Saja Buah Blueberry
Para peneliti juga mengumpulkan informasi tentang usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan faktor risiko lainnya, termasuk apakah para peserta tahu bahwa mereka memiliki tekanan darah tinggi
"Studi kami menunjukkan lebih dari setengah orang dengan hipertensi tidak mengetahui kondisi mereka dan, di antara yang teridentifikasi, sangat sedikit yang menggunakan pengobatan yang cukup untuk mengendalikan tekanan darah mereka," tutur Clara Chow, rekan Yusuf dan seorang profesor di Sydney University dan George Institute for Global Health di Australia.
Dari temuan ini, peneliti menyimpulkan perlu adanya perbaikan di seluruh dunia dalam diagnosis dan pengobatan hipertensi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda