Suara.com - Plasma darah selama ini disebut menjadi salah satu cara untuk bisa menghentikan pandemi virus corona atau Covid-19.
Tapi seorang perempuan kembali dinyatakan positif setelah melakukan donor plasma darah.
Perempuan dengan nama, Meredith McKee sebelumnya dinyatakan sembuh dan negatif dari virus corona yang diidapnya.
Akan tetapi, tanpa disangka kini ia harus kembali berjuang melawan penyakit tersebut untuk kedua kalinya.
Ia pertama kali didiagnosis Covid-19 pada bulan Februari lalu setelah merasakan sejumlah gejala-gejala yang jelas, seperti batuk kering yang tak berhenti.
Namun setelah dirawat, Meredith berhasil melawan virus tersebut. Bahkan setelah sembuh, ia pun mendonasikan plasma untuk membantu pasien virus corona lainnya.
"Sangat senang akhirnya bisa melakukan sesuatu yang baik setelah keluar dari kesulitan yang aku lalui karena aku akan membantu sampai delapan orang dengan plasma ini," ujarnya, dikutip dari Health.com.
Akan tetapi, empat bulan kemudian, Meredith kembali dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama. Ia kembali didiagnosis Covid-19 setelah mengalami tekanan darah tinggi dan sakit kepala.
"Aku terkejut saat mendapatkan hasil positif," kata Meredith mengakui.
Baca Juga: Virus Corona Diklaim Melemah? Bukan Lagi "Harimau" tapi "Kucing Liar"
Para dokter tak yakin mengapa virus ini kadang bisa kembali, atau bisa menular kembali untuk kedua kalinya.
Beberapa pakar mengatakan bahwa pasien yang kembali positif Covid-19 disebabkan virus yang membutuhkan waktu untuk hilang dari tubuh, namun tidak bisa menularkannya pada orang lain.
Dr Robert Haley, seorang epidemiolog dari UT Southwestern, menyebutkan bahwa memang mungkin seseorang bisa terkena virus corona dua kali, namun kondisi ini cukup langka.
Dalam kasus Meredith, dokter yang menanganinya percaya bahwa virus jadi terbengkalai setelah terkena untuk pertama kalinya. Ini adalah sebuah teori dari Dr Benjamin Neuman, seorang virolog dari Texas A&M University-Texarkana.
Neuman mengatakan ia percaya bahwa tes positif kedua kalinya bukan berarti reaktivasi dari virus namun lebih mengarah pada munculnya lagi virus tersebut.
Ia berpikir bahwa kemungkinan orang-orang telah keluar dari rumah sakit dengan masih membawa virus dalam dirinya, dan kemudian penyakit itu kembali menyerangnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Waspada Super Flu Subclade K, Siapa Kelompok Paling Rentan? Ini Kata Ahli
-
Asam Urat Bisa Datang Diam-Diam, Ini Manfaat Susu Kambing Etawa untuk Pencegahan
-
Kesehatan Gigi Keluarga, Investasi Kecil dengan Dampak Besar
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular