Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan akan mengeluarkan laporan ilmiah baru dalam beberapa hari terkait dengan penyebaran virus corona di udara. Pernyataan itu menanggapi sekelompok ilmuwan internasional yang menyimpulkan virus corona dapat melakukan perjalanan jauh melampaui dua meter.
Dilansir dari Medical Xpress, pedoman jarak fisik dua meter telah menjadi elemen utama dalam perang melawan Covid-19. Sejauh ini, jarak aturan jarak fisik berikisar 1-2 meter.
Pada hari Senin (6/7/2020), 239 ilmuwan internasional mengatakan bahwa tetesan napas atau droplets di bawah lima mikrometer yang mengandung virus dapat melayang di udara selama beberapa jam dan melakukan perjalanan hingga puluhan meter.
Benedetta Allegranzi, pimpinan teknis WHO pada pengendalian infeksi, mengatakan pada konferensi pers virtual untuk menanggapi hal tersebut.
"Kami mengakui bahwa ada bukti yang muncul di bidang ini. Kami percaya bahwa kami harus terbuka terhadap bukti ini dan memahami implikasinya mengenai cara penularan dan juga mengenai tindakan pencegahan yang perlu diambil," kaya Allegranzi.
Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis Covid-19 WHO, mengatakan badan kesehatan PBB itu telah memiliki pemberitahuan ilmiah yang mengkonsolidasikan pengetahuan yang berkembang seputar transmisi.
"Kami akan menerbitkan brief kami dalam beberapa hari mendatang dan itu akan menguraikan semua yang kami miliki di area ini," kata Kerkhove, .
Sementara itu, direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pandemi tidak menunjukkan tanda-tanda melambat setelah 400.000 kasus baru dilaporkan pada akhir pekan.
Padahal butuh 12 minggu bagi dunia untuk mencapai 400.000 Covid-19 di awal pandemi.
Baca Juga: Korut Tolak Kembali ke Meja Perundingan, AS dan Korsel Bahas Strategi
"Wabah semakin cepat dan kami jelas belum mencapai puncak pandemi," kata Tedros.
"Sementara jumlah kematian tampaknya telah mendatar secara global, pada kenyataannya beberapa negara telah membuat kemajuan yang signifikan dalam mengurangi jumlah kematian, sementara di negara-negara lain kematian masih meningkat," imbuhnya.
WHO juga menambahkan, bahwa virus telah menular tanpa pandang bulu. Pernyataan itu muncul setelah Presiden Brasil, Jair Bolsonaro dikonfirmasi positif Covid-19.
"Tidak ada yang istimewa untuk virus ini, apakah kita pangeran atau orang miskin, kita sama-sama rentan" kata direktur kedaruratan WHO Michael Ryan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi