Suara.com - Meski efek buruk dari polusi udara diketahui secara luas, saat ini sedang dipertimbangkan sebagai faktor penyebab definitif untuk penyakit kardiovaskular.
Dilansir dari Indian Express, sebuah penelitian yang dilakukan di 21 negara di mencoba memeriksa PM 2,5 partikel butir-butir debu. Selama penelitian, tingkat rata-rata adalah 47,5 mikrogram per meter kubik, jauh lebih tinggi dari batas yang diizinkan 12.
Untuk mencapai hasil, penelitian diikuti 157.436 orang dalam kelompok usia 35-70 tahun. Sebagai tindak lanjut sembilan tahun, laporan itu menyatakan, "ada 9.152 kejadian kardiovaskular yang fatal atau tidak fatal".
Peningkatan PM secara langsung menyebabkan peningkatan risiko kesehatan kardiovaskular. Laporan itu memecahnya.
“Setiap peningkatan 10 mikrogram per meter kubik di PM 2.5 dikaitkan dengan peningkatan 5 persen dalam risiko kejadian kardiovaskular, peningkatan risiko 3 persen untuk serangan jantung, peningkatan risiko 7 persen untuk stroke, dan peningkatan 3 persen peningkatan risiko kematian kardiovaskular. "
Akhirnya disimpulkan oleh para peneliti bahwa hampir 14 persen dari semua penyakit kardiovaskular terkait dengan polusi udara dan delapan persen dari kematian kardiovaskular.
Diterbitkan di Lancet Planetary Health, studi ini mempertimbangkan faktor pertimbangan seperti hipertensi, jenis kelamin, aktivitas fisik dan pola perilaku lainnya.
“Polusi udara adalah faktor risiko utama penyakit kardiovaskular secara global. Perlu ada perbaikan, terutama di negara-negara berkembang, dan bahkan penurunan kecil dalam polusi udara membuat perbedaan besar, ”kata Perry Hystad, penulis utama studi dan profesor di Oregon State University.
Baca Juga: Paparan Polusi Udara Terkait dengan Risiko Stroke, Ini Penjelasannya
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
-
Evakuasi Ponpes Al-Khoziny: Nihil Tanda Kehidupan, Alat Berat Dikerahkan Diirigi Tangis
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!