Suara.com - Organisasi pemenuhan hak anak yakni Save The Children menilai anak merupakan kelompok rentan yang harus dilindungi di masa pandemi Covid-19.
Save The Children mencatat, berdasarkan data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak dari bulan Januari hingga Juni 2020 sebanyak 3.000 anak yang menjadi korban kekerasan di rumah selama pandemi ini.
Seperti halnya data kekerasan secara umum, banyak kasus-kasus tidak dilaporkan dan sangat mungkin angka ini bisa melebihi angka yang tercatat secara resmi. Selain itu, layanan tidak optimal selama pandemi, sehingga masyarakat kesulitan mengakses layanan perlindungan anak.
"Save the Children melihat anak merupakan kelompok rentan saat situasi darurat, hak mereka seringkali terlupakan hingga mendapatkan kekerasan dan eksploitasi seperti saat pandemi ini," ujar Tata Sudrajat, Deputy Chief Program Impact and Policy Save the Children Indonesia dalam keterangannya, Rabu (22/7/2020).
Hal tersebut menyusul peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh tanggal 23 Juli. Pemerintah melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga menetapkan tema tahun ini adalah "Anak Terlindungi, Indonesia Maju".
Save The Children kata Tata melihat anak merupakan kelompok yang menghadapi risiko besar terkena dampak tidak langsung dari pandemi Covid-19.
Tata menuturkan salah satu yang paling rentan adalah risiko menjadi korban kekerasan fisik atau emosional dan eksploitasi.
"Di sisi lain, masyarakat perlu lebih aktif sebagai pelopor dan pelapor kasus kekerasan anak agar setiap anak dapat terlindungi.Protokol penanganan kekerasan anak selama COVID-19 harus diketahui oleh masyarakat dan diimplementasikan dengan baik," ucap Tata.
Tata menyebut selama pandemi ini sejumlah sumber menyebutkan 1.848 anak mengalami kekerasan seksual, 852 anak mengalami kekerasan fisik, 768 anak mengalami kekerasan psikis.
Baca Juga: Hari Anak Nasional, 5 Penyanyi Tanah Air Akan Gelar Konser Amal Online
Kemudian 4 dari 10 orang tua tidak melakukan perlindungan terhadap anak-anaknya dari sisi negative internet, 84 persen anak-anak usia 12-17 tahun mengalami perundungan di dunia maya, 80,3 persen orangtua atau orang dewasa tidak melaporkan tindakan kekerasan pada lembaga layanan.
"Survei ini diikuti oleh 11.989 orang tua dan 4.698 guru. Survei ini juga diperkaya oleh sumber-sumber sekunder terpercaya. Kami melihat potensi krisis terhadap anak cukup besar. Kami menyengajakan tema kekerasan dan eksploitasi untuk dikampanyekan berbarengan dengan Hari Anak Nasional agar sesuai dengan tema yang diusung oleh pemerintah," kata Tata.
Selain itu kata Tata, sebanyak 2.100 anak Indonesia 11-17 tahun telah berpartisipasi dalam Global Study yang dilakukan secara serentak di lebih dari 52 negara di dunia.
Dalam survei ini, anak-anak berkesempatan untuk menceritakan kondisi, pendapat, dan pesan serta harapan mereka kepada para pemimpin seperti menteri dan presiden, juga anak-anak lain di seluruh dunia.
Lebih dari 5.000 orang tua juga berpartisipasi untuk mengetahui dampak Covid-19 bagi bagi keluarga, khususnya kondisi kesejahteraan (well-being) anak-anak. Mereka yang turut partisipasi termasuk dari wilayah perkotaan, daerah rawan bencana, pedesaan, dan tempat pengungsian hingga daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).
Save The Children melaksanakan Kampanye #PulihBersama dan dalam pekan ini akan melaksanakan 2 Kegiatan Webinar dan 1 Kegiatan Talkshow yang tentunya membahas soal kekerasan dan eksploitasi terhadap anak. Webinar pertama bertema Rangkul Keluarga Cegah Kekerasan pada tanggal 22 Juli.
Berita Terkait
-
Jakarta Darurat Perundungan? Rano Karno Soroti Data Kekerasan Anak
-
Nuraninya di Mana? Tuduh Curi Jajan, Wanita Ini Tega Ikat dan Bakar Pipi Bocah 9 Tahun
-
Bocah Perempuan Diikat-Disundut Rokok, Bapak dan Anak di Palas Jadi Tersangka
-
Alarm Bahaya! Fakta Mengerikan Terungkap: 1 dari 2 Anak Jadi Korban Kekerasan, Tapi Tak Berani Lapor
-
Bejat, Ayah di Demak Siksa Balita Minum Air Kloset karena Stres Kalah Judi
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone