News / Nasional
Kamis, 20 November 2025 | 12:02 WIB
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi. (Suara.com/Lilis)
Baca 10 detik
  • Arifah menekankan bahwa kondisi keluarga menjadi indikator paling awal untuk membaca potensi kekerasan.
  • Penyrbab pertama karena faktor ekonomi. Kedua disebabkan pola asuh.
  • Arifah mengakui bahwa meningkatnya laporan kekerasan terhadap anak tidak sepenuhnya menggambarkan peningkatan kasus.

Suara.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, mengungkap lima faktor utama yang membuat angka kekerasan terhadap anak di Indonesia terus tinggi.

Arifah menekankan bahwa kondisi keluarga menjadi indikator paling awal untuk membaca potensi kekerasan.

Menurutnya, keluarga yang mampu meminimalisir kekerasan adalah keluarga yang memberi ruang bagi anak untuk bercerita dan berkomunikasi secara terbuka.

"Ciri dari sebuah keluarga yang bisa meminimalisir kekerasan adalah ketika anak mempunyai ruang untuk bercerita, mempunyai ruang untuk berbicara. Mudah sekali mendeteksinya. Ketika di rumah sudah tidak ada komunikasi maka kita bisa lihat akibatnya seperti itu," kata Arifah saat sambutan dalam acara Hari Anak Sedunia di Jakarta, Kamis (20/11/2025).

Temuan itu ia sampaikan setelah kementeriannya melakukan analisis internal, di tengah sorotan publik atas sejumlah kasus kekerasan pada anak yang kembali mencuat dalam beberapa pekan terakhir.

"Satu sisi, kami merasa bahwa keberhasilan kampanye untuk berani berbicara ini berhasil karena semakin banyaknya yang melaporkan. Tetapi ini juga menjadi catatan kita bahwa ada lima penyebab kekerasan terhadap anak," ucap Arifah.

Penyrbab pertama, lanjutnya, karena faktor ekonomi. Kedua disebabkan pola asuh.

"Orang tua kita banyak yang curhat sulit memberikan pengasuhan kepada anaknya," kata Arifah.

Ilustrasi korban kekerasan. (pexels)

Kemudian, ketiga karena faktor penggunaan gadget. Keempat faktor lingkungan dan kelima akibat pernikahan anak usia dini.

Baca Juga: Nasib Kepala SMA Negeri 1 Cimarga yang Tampar Siswa karena Ketahuan Merokok Bergantung Hasil Visum

Arifah mengakui bahwa meningkatnya laporan kekerasan terhadap anak tidak sepenuhnya menggambarkan peningkatan kasus, melainkan juga hasil dari kampanye berani bicara yang mulai membuahkan hasil.

Arifah menegaskan bahwa penanganan kekerasan anak memerlukan kerja bersama seluruh elemen masyarakat, bukan hanya pemerintah.

"Saya yakin kalau kita bisa berkolaborasi bersama-sama persoalan ini bisa kita selesaikan bersama-sama. Karena menyelesaikan persoalan perempuan dan anak tidak bisa hanya sekadar tugas, tapi harus panggilan hati," pungkasnya.

Load More